Perpustakaan desa/kelurahan juga perlu menjadi perhatian lebih pemerintah agar memanfaatkannya sebagai tempat yang nyaman bagi para pembaca. Sayangnya, hal ini juga tampaknya belum menjadi fokus utama sehingga keadaannya masih belum memadai, hanya satu dua desa saja yang memiliki perpustakaan yang memadai di wilayah-wilayah Indonesia.
Saat ini, perubahan sosial menuju digitalisasi segala sektor turut merubah tren membaca, yakni membaca melalui gawai atau computer. Tentunya hal ini semakin mempermudah aktivitas membaca. Membaca bisa kapan saja, dimana saja, dan bacaan apa saja. Dan yang paling penting sumber bahan bacaan bisa diperoleh secara gratis.
Namun, bagi sebagian kalangan membaca melalui alat digital tidaklah seefektif membaca buku secara langsung, penyebabnya berbeda-beda termasuk gangguan pada fokus membaca. Misalnya, disaat seseorang membaca, ponselnya malah penuh dengan notifikasi pesan yang jelas mengalihkan konsentrasi. Hal ini tentu malah mengganggu proses membaca.
Namun demikian, adanya kemudahan pada digitalisasi ini memang merupakan dampak positif adanya kemajuan dalam sarana dan prasarana membaca dan harusnya semakin menambah motivasi membaca.
Pada titik tertentu dalam sistem ini membaca bisa lebih cepat, memiliki pilihan bahan bacaan yang beragam, hingga transfer bahan bacaan yang semakin mudah dan cepat. Selanjutnya, digitalisasi bahan bacaan juga tentunya bermanfaat pada efisiensi tempat, kini orang bisa memiliki banyak bahan bacaan/ buku dengan mudah melalui ponsel atau komputernya saja, tidak perlu terkendala ribetnya bahan bacaan/buku ketika akan dibawa kemana-mana.
Dengan demikian, hal tersebut jelaslah peluang bagi kita setidaknya semakin termotivasi membaca, yakni melalui kemudahan/digitalisasi media.
Kedua, memanfaatkan waktu jeda setiap hari
Membaca memerlukan spirit tersendiri, atau motivasi yang benar-benar kuat untuk dijadikan kebiasaan setiap harinya. Bagi seseorang yang sudah terbiasa membaca, tentulah jika ditinggalkan bagaikan sayur tanpa garam, atau ada sesuatu yang tidak lengkap dalam kesehariannya.
Namun berbagai kesibukan dan aktivitas seseorang terkadang melupakan spirit membaca itu sendiri, sehingga seringkali "tidak punya waktu" menjadi alasan yang dilontarkan untuk tidak lagi membaca. Padahal selalu ada waktu-waktu jeda setiap hari yang bisa dimanfaatkan.
Waktu istirahat, menunggu seseorang yang terlambat datang, di perjalanan bis kota, sebelum sarapan pagi, makan siang, dan banyak waktu luang yang pasti dimiliki setiap orang bisa dimanfaatkan untuk membaca. Meski tidak lama, beberapa menit, hal itu bisa digunakan untuk membaca. Apalagi melalui kemudahan alat digital tadi.
Waktu jeda untuk membaca ini berkorelasi dengan tempat yang digunakan dalam keseharian, begitupun membaca, bisa dilakukan dimana saja asal nyaman dan mendukung, tidak mesti harus di perpustakaan. Di kantor, kafe, taman, bahkan toilet dan berbagai ruang publik lain bisa digunakan untuk membaca.