Mohon tunggu...
Paelani Setia
Paelani Setia Mohon Tunggu... Guru - Sosiologi

Suka Kajian Sosial dan Agama

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pentingnya Literasi Media: Suatu Keniscayaan dan Kritik

19 Juni 2020   11:10 Diperbarui: 19 Juni 2020   11:51 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilsutrasi: theness.com

Sebuah studi yang dikakukan oleh Aufderheide yang berjudul Media Literacy: A Report of the National Leadership Conference on Media Literacy (1992), mendefinisikan literasi media merupakan proses mengidentifikasi sebuah informasi yang dijadikan sebagai sebuah gerakan, dirancang untuk membantu memahami, menghasilkan, dan menegosiasikan makna dalam budaya gambar, kata, dan suara.

Definisi tersebut diadopsi oleh Association for Media Literacy (AML) yang memberikan gambaran bahwa literasi media berkaitan dengan pengembangan pengalaman yang kritis terhadap informasi dan sifat media massa melalui penggunaan teknik tertentu dan merasakan penggunaan teknik tersebut.

Dengan demikian, literasi media dengan sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir kritis yang harus dimiliki dalam 'membaca' konten media massa secara aktif, alias tidak menerimanya secara pasif (mentah-mentah). Literasi media kemudian akan mendorong kemampuan dan skill dalam membaca, memaknai, dan menerima informasi.

Stanley J. Baran dalam bukunya Introduction to Mass Communication: Media Literacy and Culture (1999), memberikan uraian lengkap mengenai literasi media yakni:

Pertama, sebuah keterampilan berpikir kritis yang memungkinkan pengguna media massa atau sosial mengembangkan penilaian yang independen terhadap konten media. Artinya, setiap orang harus menghilangkan atau mengkerdilkan jiwa keterikatan mereka terhadap suatu kelompok/afiliasinya dan menjunjung jiwa bebas/merdeka atau berdiri sendiri dalam menilai konten mapun informasi yang di sajikan media. Muaranya, seorang pembaca harus betul-betul bisa objektif menilai suatu informasi.

Kedua, sebuah kesadaran akan dampak media pada individu dan masyarakat luas. Hal ini berkaitan dengan fungsi media baik sarana perluasan kebudayaan maupun pentas ideologi. Melalui media suatu budaya akan cepat merambah ke seantero dunia, sebut saja globalisasi dan berdampak pada kelahiran ideologi global dimana apa yang dilakukan masyaraat di Barat bisa saja ditiru oleh masyarakat di Timur.

Ketiga, kemampuan memahami dan menghargai isi berita yang memberikan wawasan dan pengetahuan bagi berbagai elemen kehidupan. Dalam artian adanya kebebasan memproduksi berita bagi setiap orang patut untuk dihargai dan dipahami sebagai bagian dari kebebasan berpendapat dan berekspresi. Akibatnya, kita bisa menikmati pengetahuan dan wawasan dari berbagai sudut pandang tanpa menjustifikasi informasi sebelum melakukan proses verifikasi.

Walhasil, literasi media tidak hanya mengacu kepada bagaimana seseorang bertindak sesuai dengan pesan suatu informasi guna memberikan pemahaman tentang suatu fenomena, tetapi juga mengkritisinya.

Dengan cara tersebut, seseorang bisa bersikap objektif dalam bertindak---dan tidak mudah dihasut oleh media atau informasi. Bahkan, yang tidak kalah penting melalui literasi media memungkinkan pula seseorang untuk bertindak secara tepat guna memilih dan memilah informasi apa dan media apa yang digunakan dalam rangka memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Dengan demikian, apabila seseorang mampu melakukan pembelaan publik jika pesan yang disampaikan mengabaikan asas-asas moralitas yang berlaku dalam masyarakat atau moralitas bernegara, maka seseorang yang memiliki literasi media akan memposisikan diri dengan tepat, yakni dengan cara tidak menelan secara 'bulat-bulat' informasi oleh suatu media, melainkan sebaliknya, mencernanya secara cerdas.

Implikasinya, literasi media juga harus dibarengi melalui penggunaan media tidak secara tunggal sebagai sumber informasi, melainkan dua, tiga, atau lebih media sebagai pemasok informasi. Apalagi jika ditambah dengan kebiasaan membaca buku, terutama buku-buku ilmiah. Dengan demikian, kita menjadi lebih berpikir jernih menilai suatu informasi secara objektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun