Mohon tunggu...
Paelani Setia
Paelani Setia Mohon Tunggu... Guru - Sosiologi

Suka Kajian Sosial dan Agama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

The Day After Covid-19

13 April 2020   11:51 Diperbarui: 13 April 2020   12:03 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yuval Noah Hariri sejarawan dan profesor di Habrew University of Jerusalem menulis artikel dalam Financial Times yang mencengangkan publik yang berjudul The World After Coronavirus. 

Artikel tersebut berisi tentang prediksi kondisi dunia setelah pandemi corona berakhir dan apa saja yang harus dilakukan masyarakat global. Bagi Hariri, setelah pandemi terjadi masa depan akan ditentukan oleh sikap, pilihan, dan keputusan kita dihari ini. "Humanity needs to make a choice. Will we travel down the route of disunity, or will we adopt the path of global solidarity?".

Apa yang diprediksi oleh Yuval Noah Hariri setelah pandemi berakhir yakni terbentuknya sistem perawatan kesehatan nasional, juga perubahan ekonomi, politik, dan budaya juga diamini oleh Nicholas Burns, Profesor Harvard Kennedy School of Goverment.

Ia menyatakan pandemi ini merupakan krisis global terbesar abad ini, skalanya sangat dalam dan besar sekali, efeknya juga akan besar bagi global.

Selain itu, tidak sedikit yang mengkhawatirkan efek pandemi akan berujung pada kebangkitan surveillance state akibat monitori social distancing yang ketat. Termasuk lahirnya kebangkitan pemerintahan yang otorianisme pada negara yang terkena wabah corona. 

Di lain sisi, banyak pihak juga berharap kedepan setelah berakhirnya pandemi ini harus dibangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap sains, media, dan pemerintah. Di arena global, juga perlu penekanan pada soliditas global atau rencana global mengantisipasi kembalinya suatu wabah menyerang dunia.

Hal tersebut hanya sekelumit analisis dan harapan masyarakat, banyak hal lain dirasa akan terjadi pasca corona dengan dipandang dari berbagai sudut pandang dan pemahaman sehingga menimbulkan polemik baru menyoal yang akan terjadi pasca pandemi ini berakhir.

Lalu, pernahkah dunia mengalami hal yang sama sebelumnya? Bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap apa yang sudah dianalisis para ahli pasca pandemi corona berakhir? 

Dunia Pernah Alami Krisis Pasca Wabah

Wabah Hitam (Black Death) terjadi pada tahun 1347-1351 di Eropa dan menghabisi 60% penduduknya. Kala itu terjadi epidemi penyakit yang disebabkan oleh bakteri Yersinia Pestis diantara hewan pengerat liar tempat mereka hidup dalam jumlah besar dan padat atau area fokus wabah dan penampunagn wabah.

Sekitar 475 juta penduduk Eropa berkurang menjadi 375 juta penduduk kala itu akibat wabah ini. Bahkan saking tingginya angka mortalitas akibat wabah ini tidak mampu menampung pemakaman umum, bahkan mayat-mayat dibiarkan di pinggir jalan dan dihanyutkan ke sungai secara sengaja. 

Para agamawan sibuk mengurus upacara kematian meski sangat berisiko terkena penularan wabah karena terlalu seringnya interaksi yang dilakukan dengan jenazah.

Sebuah novel karya Albert Camus yang berjudul La Paste bahkan menggambarkan kengerian dari peristiwa ini. Meski terbilang absurd, novel ini menceritakan ketidakberdayaan semua orang dalam menghadapi wabah, termasuk dokter yang tidak mampu bertindak lagi sebagai penolong melainkan hanya pendiagnosa penyakit.

Di abad 20, kita mengenal peristiwa resesi ekonomi 1929 di Amerika atau sering disebut Great Depression. Tepatnya 29 Oktober 1929, kondisi pasar ambruk, 16 juta saham diperdagangkan, saham industri terus menurun, dan keuntungan mengalami kehancuran yang telah dibangun 1 tahun sebelumnya.

Dampaknya, pengangguran, kemiskinan, kebangkrutan, hingga bunuh diri menjadi pemandangan yang terjadi tahun 1929-1930. Ini juga berdampak pada semua negara yang terkoneksi dan terintegrasi secara ekonomi dengan Amerika Serikat dengan merasakan hal yang sama.

Bagaimana Seharusnya Bersikap?

Bak ibarat sosok Dementor dalam film Harry Potter yang diangkat dari novel JK. Rowling dengan penggambaran makhluk yang sering menghisap segala kenangan, kegembiraan, dan kebahagiaan seseorang sehingga meninggalkan kesedihan dan ketakutan luar biasa dalam pikiran seseorang. 

Begitulah yang menggerogoti manusia saat ini. Dengan latar belakang pada sifat ketakutan, kegelisahan, kekhawatiran, disamping kepercayan diri dan keberanian, jika hal tersebut dibiarkan akan melumpuhkan keberanian dan kepercayaan diri manusia sehingga sosok Dementor akan mengambil alih kesadaran kita.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memaknai pandemi ini sebagai musuh bersama. Jika musuh ini memenangkan pertarungan maka akan berdampak pada semua elemen kehidupan, tidak hanya kesehatan, tetapi juga ekonomi, sosial, hingga budaya. 

Strategi, logistik, hingga stamina mental harus terpatri kuat dan didukung stamina spiritual yang memadai agar tercipta keseimbangan imun dan iman yang kokoh sehingga paranomia tindakan irasional tidak terjadi.

Perubahan-perubahan yang terjadi kedepan akan sangat signifikan. Perubahan positif maupun negatif pasti akan terjadi.

Kedepan, mungkin manusia akan lebih peduli dengan kesehatan dan kebersihan lingkungan, menghargai kepedulian dan pentingnya hidup dengan alam, lebih antisipasif dengan wabah yang mungkin timbul di kemudian hari. Simpati dan empati terbentuk melalui aktivitas solidaritas sosial, peduli akan keselamatan yang menjadi gaya hidup bersama.

Namun, mungkin juga dunia akan mengalami krisis global dalam segala aspek. Yang terpenting, kata menyerah bukanlah solusi. Segala sumber daya akan dikerahkan untuk pemulihan kemungkinan krisis, dan hal itu akan berhasil jika didukung oleh semua pihak.

Jika kita bertanya kapan pandemi ini berakhir? Sekilas mungkin kita menjawab mari bertanya pada rumput yang bergoyang. Tapi itu tidak mesti dilakukan. Optimisme dan usaha kita akan memenangkan pertempuran ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun