Para agamawan sibuk mengurus upacara kematian meski sangat berisiko terkena penularan wabah karena terlalu seringnya interaksi yang dilakukan dengan jenazah.
Sebuah novel karya Albert Camus yang berjudul La Paste bahkan menggambarkan kengerian dari peristiwa ini. Meski terbilang absurd, novel ini menceritakan ketidakberdayaan semua orang dalam menghadapi wabah, termasuk dokter yang tidak mampu bertindak lagi sebagai penolong melainkan hanya pendiagnosa penyakit.
Di abad 20, kita mengenal peristiwa resesi ekonomi 1929 di Amerika atau sering disebut Great Depression. Tepatnya 29 Oktober 1929, kondisi pasar ambruk, 16 juta saham diperdagangkan, saham industri terus menurun, dan keuntungan mengalami kehancuran yang telah dibangun 1 tahun sebelumnya.
Dampaknya, pengangguran, kemiskinan, kebangkrutan, hingga bunuh diri menjadi pemandangan yang terjadi tahun 1929-1930. Ini juga berdampak pada semua negara yang terkoneksi dan terintegrasi secara ekonomi dengan Amerika Serikat dengan merasakan hal yang sama.
Bagaimana Seharusnya Bersikap?
Bak ibarat sosok Dementor dalam film Harry Potter yang diangkat dari novel JK. Rowling dengan penggambaran makhluk yang sering menghisap segala kenangan, kegembiraan, dan kebahagiaan seseorang sehingga meninggalkan kesedihan dan ketakutan luar biasa dalam pikiran seseorang.Â
Begitulah yang menggerogoti manusia saat ini. Dengan latar belakang pada sifat ketakutan, kegelisahan, kekhawatiran, disamping kepercayan diri dan keberanian, jika hal tersebut dibiarkan akan melumpuhkan keberanian dan kepercayaan diri manusia sehingga sosok Dementor akan mengambil alih kesadaran kita.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memaknai pandemi ini sebagai musuh bersama. Jika musuh ini memenangkan pertarungan maka akan berdampak pada semua elemen kehidupan, tidak hanya kesehatan, tetapi juga ekonomi, sosial, hingga budaya.Â
Strategi, logistik, hingga stamina mental harus terpatri kuat dan didukung stamina spiritual yang memadai agar tercipta keseimbangan imun dan iman yang kokoh sehingga paranomia tindakan irasional tidak terjadi.
Perubahan-perubahan yang terjadi kedepan akan sangat signifikan. Perubahan positif maupun negatif pasti akan terjadi.
Kedepan, mungkin manusia akan lebih peduli dengan kesehatan dan kebersihan lingkungan, menghargai kepedulian dan pentingnya hidup dengan alam, lebih antisipasif dengan wabah yang mungkin timbul di kemudian hari. Simpati dan empati terbentuk melalui aktivitas solidaritas sosial, peduli akan keselamatan yang menjadi gaya hidup bersama.