Mohon tunggu...
setianonik
setianonik Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Hanya ingin bermimpi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tembok Tuhan

10 Februari 2018   11:46 Diperbarui: 10 Februari 2018   12:29 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Memilih mencintai dari pada dicintai adalah keputusan manusiawi
Karena masih mencari jawaban, apakah?
iya, apakah Hawa disana memikirkan juga?
Mungkinkah Hawa sudah menemukan buah baru yang meracuni dan membawa kematian?

Saat harus pergi karena perkataan Perempuan itu
Teguh sekali dengan keyakinan akan perkataan yang mendengung hingga menguraikan air mata dan berujung luka batin.
Entah terukir dari apa hati yang keras ,
Mungkin Ilahi punya tujuan dengan keteguhan ini

Remuknya hati karena kehilangan keluarga bukan akhir dari segalanya.
Ada tangan-tangan terbuka yang akan memeluk.
Hanya waktu yang akan memudarkan keresahan hari-hari oleh karena Hawa.
Tembok itu tidak akan runtuh, mungkin dia adalah dari Tuhan.

Jakarta, 10-02-2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun