Masa remaja merupakan masa transisional (peralihan) dari masa anak-anak ke masa dewasa. Dalam proses transisi tersebut, sering kali remaja menunjukkan gejala-gejala psikologis yang menjadi problem dalam kehidupannya. Sementara, terkadang keluarga sering kali disibukkan dengan problem yang dialami oleh remaja tersebut, baik masalah fisik maupun psikis.
Untuk memahami remaja dan perkembangan fisik dan psikisnya tersebut, maka perlu diperhatikan beberapa problem remaja, yang antara lain adalah perasaan jenuh, sensitif dan cengeng, egois, gampang bimbang, sering berkhayal, perkawanan, dorongan seksual dan keras kepala.
Abdul Rozak (remaja dan bahaya narkoba: 2006) menjelaskan “Salah satu problem pada dorongan seksual adalah mencoba melakukan praktik seks seperti onani, suka melihat majalah dan buku-buku porno, suka melihat foto-foto porno dan suka mendengarkan cerita-cerita atau kisah-kisah porno.” Seiring dengan perkembangan zaman, hal-hal seperti di atas dapat dilakukan secara instan dimanapun dan kapanpun, yaitu dengan menggunakan internet.
“Dengan satu klik, kita bisa mendapatkan berbagai informasi bahkan menguasai dunia. Namun kita juga perlu mewaspadai bahaya tersembunyi yang mengintai anak-anak dalam memanfaatkan internet.” Papar Direktur Pemberdayaan Informatika Ditjen Aplikasi Informatika Septriana Tangkary, pada Seminar “Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Menangani Penyalahgunaan IT di Kalangan Siswa” di Surabaya, Sabtu (14/5/2016). Internet yang seharusnya berperan memberikan kemudahan dalam hal informasi justru digunakan untuk hal-hal yang negatif, bahkan sebagian besar pengguna internet merupakan remaja yang seharusnya masih ada di bawah kontrol orang tua. Penyalahgunaannya bisa membuat kesenangan tersendiri bagi penggunanya.
Penelitian berjudul "Keamanan Penggunaan Media Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia" yang dilakukan lembaga PBB untuk anak-anak, UNICEF, bersama para mitra, termasuk Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Universitas Harvard, AS membuktikan bahwa “Pengguna internet di Indonesia yang berasal dari kalangan anak-anak dan remaja diprediksi mencapai 30 juta. Penelitian juga mencatat ada kesenjangan digital yang kuat antara anak dan remaja yang tinggal di perkotaan dengan yang tinggal di pedesaan. Di daerah perkotaan, hanya 13 persen dari anak dan remaja yang tidak menggunakan internet, sementara di daerah pedesaan ada 87 persen anak dan remaja tidak memakai internet.”
Sesungguhnya interaksi atau hubungan sosial baik dan benar antara masyarakat dan remaja dalam kehidupan kebangsaan mempunyai pengaruh besar dalam mengurangi krisis keremajaan dan dapat mempercepat kematangan serta kedewasaan pada remaja. Keluarga dan masyarakat yang harmonis dan tenteram akan menghasilkan remaja yang tenteram dan harmonis pula. Dengan demikian, keluarga dan masyarakat serta bangsa yang harmonis dan tenteram dapat mengurangi beban masalah yang dihadapi remaja seperti keragu-raguan, kebingungan, keputusasaan, dan sebagainya.
Remaja sehat dan cerdas merupakan wujud dari remaja sukses. Jika kita bertanya kepada setiap orang termasuk kepada remaja, apakah yang ingin diraih di dalam kehidupannya? Tentu jawabannya adalah menjadi orang atau remaja sukses. Ketika remaja sadar bahwa dirinya menjadi tumpuan harapan orang tua, masyarakat dan bangsa, remaja dituntut untuk membuat perencanaan-perencanaan yang terukur dan rasional dalam menjalani kehidupannya agar menjadi remaja yang sukses.
Bentuk kesuksesan yang harus dicapai oleh seorang remaja Indonesia sebagai kaum yang beragama adalah kesuksesan secara totalitas terpadu (menyeluruh atau komprehensif), yaitu kesuksesan tidak saja pada bentuk kesuksesan material, melainkan juga kesuksesan spiritual, intelektual, emosional dan sosial.
Untuk menjadi dan memperoleh sukses secara totalitas pada remaja, langkah yang dapat dilakukan seorang pembimbing atau dalam hal ini petugas bimbingan konseling di sekolah, maupun orang tua di rumah, ataupun remaja itu sendiri adalah:
- Membina hubungan silaturahmi yang baik antara orang tua, guru pembimbing sekolah dan remaja di situs internet seperti facebookdan sebagainya.
- Bagi orang tua maupun guru di sekolah agar mengawasi kegiatan yang dilakukan anak ketika mengakses internet agar tidak melakukan hal-hal yang negatif.
- Membangun kepribadian yang simpatik melalui akhlak mulia (kejujuran, konsistensi, kesabaran, menghargai waktu, menghargai pendapat orang lain, bertanggung jawab dan sebagainya).
- Melakukan perenungan dan refleksi diri secara mendalam.
- Mengembangkan kreativitas, produktivitas dan inovasi. Seperti membimbing anak agar memanfaatkan internet untuk mengikuti lomba penulisan puisi, cerpen dan mencari tahu tentang penulisan karya ilmiah.
Jika langkah di atas dilakukan, maka akan berakibat baik pada anak yaitu: dorongan untuk mengulangi keberhasilan yang telah dicapainya, semakin gemarnya remaja beraktivitas pada hal-hal yang positif, kuatnya motivasi remaja untuk meningkatkan kepandaiannya, tercapainya reputasi status diri remaja yang baik dalam pergaulan.
Dengan demikian, bila suatu bangsa ingin menjadi bangsa yang unggul dan mampu berkompetisi dengan bangsa lain, kunci utamanya adalah bagaimana remaja membangun dirinya untuk menjadi remaja yang sukses dan terhindar dari penyalahgunaan internet. Begitu juga keluarga dan guru bimbingan konseling di sekolah maupun masyarakat, secara bersama-sama harus dapat menciptakan suasana yang dapat mendorong tumbuhnya remaja yang sukses.