Di era disrupsi ini banyak sekali konten-konten kebencian  dan konten hoaks, semakin banyaknya konten tersebut dikarenakan internet memberikan ruang penyebaran konten yaang bebas.Â
Lebih parahnya lagi konten-konten  tersebut menyusup masuk ke  konten yang bermuatan agama.  Sehingga masyarakat percaya akan hal itu karena konten disajikan menarik untuk dibaca, dan masyarakat langsung percaya dan tidak mengecek kebenarannya.Â
Masyarakat sekarang lebih bersikap individualisme  terhadap pemahaman keagamaan dan lebih tertarik dengan berbagai informasi atau opini yang bersebaran  di internet tanpa melakukan verifikasi kebenaran konten tersebut.Â
Sikap-sikap akibat pengaruh disrupsi teknologi tersebut  harus kita sikapi dengan menerapkan moderasi beragama. Karena menjadi seseorang yang moderat akan merubah sikap hidup kita lebih seimbang di dimensi kehidupan. Sikap seimbang atau sikap yang ada di tengah ini bisa disebut dengan Wasathiyah yaitu sesuatu yang ada di tengah, yang adil diantara dua pemikiran yang ekstrem, sehingga akan menghadirkan pemahaman keagamaan yang moderat.
Menjadi seseorang yang moderat menjadikan kita mampu berpikir kritis, mampu menyeleksi, memverifikasi, dan menyaring informasi-informasi keagamaan yang tersebar di internet. Sehingga kita tidak terpaku pada pemahaman agama yang radikal dan informasi keagamaan yang masih belum diketahui kebenarannya di era disrupsi teknologi ini.Â
Bersikap moderat menjadikan kita lebih toleran menyikapi pemahaman keagamaan yang berbeda-beda. Sebagai seorang moderat  selain harus berpikir kritis terhadap pemahaman keagamaan yang radikal dan belum diketahui kebenarannya ini kita juga harus membuka diri terhadap perubahan, berdamai, berdaptasi dengan kondisi disrupsi seperti ini agar bisa mempertahankan kebenaran ajaran-ajaran dan tidak terpengaruh kepada hal yang radikal maupun yang provokatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H