Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012), dan Rempah Rindu Soto Ibu (Taresia, 2024). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Ada Kisah Cinta di Balik Pagar Laut 'Tiban' di Tangerang?

10 Januari 2025   08:26 Diperbarui: 10 Januari 2025   08:26 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pagar laut misterius di perairan Kabupaten Tangerang, Banten. (Sumber Kompas.com)

Beberapa hari ini, publik dikejutkan oleh berita penemuan pagar laut misterius yang membentang sepanjang 30,16 kilometer di perairan Kabupaten Tangerang, Banten. Pagar laut dari bambu tersebut membentang dari Desa Muncung hingga Desa Pakuhaji.

Hingga saat ini, belum diketahui siapa yang bertanggung jawab atas pemasangan pagar ini. Yang jelas keberadaan pagar ini mengganggu aktivitas nelayan di pesisir Banten yang ingin mencari ikan di laut.

Info terkini, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah melakukan penyegelan terhadap kegiatan pemagaran laut yang ternyata tidak memiliki izin dasar Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL).

Keberadaan pagar laut misterius tersebut tentu saja membuat banyak pihak bertanya-tanya. Bagaimana bisa pagar sepanjang 30 kilometer tidak diketahui pemiliknya.

Kalau penemuan pagar laut tersebut terjadi di masa lampau, mungkin akan disebut sebagai pagar laut ‘tiban’ karena ditemukan secara mendadak dan tidak diketahui siapa yang membangun. Jangan-jangan ada yang menduga pagar laut itu dibuat dalam semalam dengan bantuan kekuatan dari alam lain.

Saya jadi ingat kisah cinta Roro Jonggrang yang menantang Bandung Bondowoso untuk membuktikan kesungguhan cintanya. Syaratnya, Roro Jonggrang minta dibuatkan seribu candi dalam waktu satu malam.

Walaupun terdengar mustahil terlaksana, Bandung Bondowoso menyanggupi persyaratan tersebut. Dengan bantuan jin, Bandung Bondowoso membangun candi itu.

Saat candi yang dibangun Bandung Bondowoso mencapai 999 buah, Roro Jonggrang membunyikan lesung agar ayam-ayam berkokok. Jin yang sedang giat membangun candi menduga hari sudah pagi dan meninggalkan lokasi proyek.

Mengetahui kecurangan Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso pun murka. Ia mengutuk Roro Jonggrang menjadi patung untuk menggenapi candi menjadi 1.000 buah.

Kisah serupa ada pada cerita rakyat Sangkuriang yang berkaitan dengan asal-usul munculnya Gunung Tangkuban Perahu. Kisah ini menceritakan kegagalan Sangkuriang untuk meminang pujaan hatinya yang bernama Dayang Sumbi.

Seperti cerita-cerita masa lalu, apakah pagar laut ‘tiban’ tersebut dibuat dalam waktu semalam juga? Jika benar, saya membayangkan ada seseorang yang berkata, “Aku akan menerima cintamu jika kamu sanggup membuat pagar laut dalam semalam.”

Tentu saja pagar laut misterius itu tidak dibuat dalam semalam. Keberadaan pagar laut sudah diketahui sejak 14 Agustus 2024. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten Eli Susiyanti mengatakan pihaknya menerima laporan warga pada 14 Agustus.

Selanjutnya, pemda menerjunkan tim ke lokasi pada 19 Agustus. Tim menemukan dugaan pembangunan pagar laut sepanjang 7 kilometer. Namun hingga pagar memanjang sampai 30 kilometer, pemilik pagar laut belum misterius belum ditemukan.

Jadi pagar tersebut tidak dibuat dalam semalam seperti kisah-kisah cinta masa lalu. Sampai saat ini yang menjadi pertanyaan publik adalah siapa pemiliknya dan apa tujuan pembuatan pagar laut itu. Apakah sosok pemilik pagar laut di perairan Tangerang akan segera terungkap? 

Jika diam-diam ada kisah cinta di balik pembuatan pagar laut itu, mungkin ada perasaan cinta terlalu meluap-luap hingga berubah menjadi nafsu serakah yang ingin menguasai isi lautan. Entahlah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun