Sebenarnya ada banyak kisah dan pengalaman naik KRL Commuter yang ingin aku ceritakan. Tapi pasti akan sepanjang jalur kereta yang terus berkembang dan bertambah. KRL Commuter bagiku bukan sekedar teman perjalanan yang andal menyibak kemacetan, tapi juga catatan kisah kebersamaan yang tak terlupakan.
Kisah-kisah tersebut aku abadikan dalam buku kumpulan puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012), dan novel Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Moda transportasi massal berbasis kereta memang mengalami kemajuan cukup pesat. Beberapa waktu lalu, Presiden Joko widodo meresmikan LRT Jabodebek yang terintegrasi dengan KRL Commuter. Keberadaannya LRT Jabodebek bisa menjadi teman yang melengkapi moda transportasi massal lainnya seperti MRT, Trans Jakarta, Jaklingko, dan lain-lain.
Kehadiran transportasi massal ini bisa mengurangi kecemasan bumi yang sedang diterpa ketidakpastian cuaca akibat perubahan iklim. Beberapa hari terakhir misalnya, Indonesia khususnya Jabotabek harus menghadapi masalah kualitas udara yang makin memburuk. Salah satu penyebabnya yaitu kendaraan bermotor yang tak henti-henti mengasapi udara.
Saat ini, kondisi transportasi massal seperti KRL Commuter semakin aman dan nyaman, tarifnya terbilang murah, dan bisa melaju cepat menghindari kemacetan. Transportasi massal juga lebih ramah lingkungan sehingga bisa membantu menjaga nafas bumi yang mulai sesak didera polusi.
Jadi jangan ragu untuk beralih dari kendaraan pribadi dan mencoba tansportasi massal yang makin banyak pilihannya. Jadikan Commuter sebagai gaya hidup generasi urban.
Cikini ke Gondangdia
Aku di sini menunggu kereta
Cikampek ke Tasikmalaya
Macet bikin capek, naik Commuter saja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H