Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Cerita Prof. Pitoyo Hartono "Hidupkan" Robot Gundam Setinggi 18 Meter

1 September 2023   16:46 Diperbarui: 3 September 2023   07:28 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Robot Gundam setinggi 18 meter perlahan mengangkat kaki dan dengan gagahnya berjalan di depan gedung tinggi. Robot Gundam itu seakan bersiap memberantas kejahatan di muka bumi.

Saya melihat gerakan robot Gundam itu bukan di film animasi, melainkan melalui tayangan yang dipaparkan Prof. Pitoyo Hartono, ilmuwan Indonesia yang berkarir di School of Engineering di Chukyo University, Nagoya, Jepang. Ia juga bekerja sebagai peneliti di Institute for Human Robot Co-Creation, Waseda University.

Pria kelahiran Surabaya yang sudah 35 tahun tinggal di Jepang ini menjadi pembicara dalam Diaspora Talk Homecoming bertema AI: Masa Lalu, Sekarang, dan Masa Depan, yang digelar oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Gedung BJ Habibie, Jakarta pada Rabu, 30 Agustus 2023.

Prof. Pitoyo merupakan salah satu pimpinan Gundam Global Callenge (GGC), sebuah proyek untuk membuat robot Gundam setinggi 18 meter atau setinggi gedung tingkat enam. Ia mengaku bukan perkara mudah merealisasikan robot Gundam ini.

"Gundam merupakan robot dalam film animasi yang pertama kali disiarkan pada tahun 1979. Untuk mengenang 40 tahun disiarkannya animasi ini, ada proyek Gundam Global Challenge untuk merealisasikan robot ini," tuturnya.

Gundam Global Challenge bertujuan memberi contoh bagi generasi mendatang untuk berani beraspirasi.

"Mulanya Gundam adalah animasi, dengan membawa animasi ini menjadi robot yang real, kita sedikit berinovasi dan sedikit berani bermimpi. Kita ingin menularkan keberanian bermimpi ini untuk generasi-generasi mendatang bukan saja di Jepang tetapi di seluruh dunia," katanya.

Prof. Pitoyo Hartono (Foto Setiyo)
Prof. Pitoyo Hartono (Foto Setiyo)

Prof. Pitoyo yang menggeluti bidang Artificial Intellegence dan Neuro Network ini mengungkapkan bahwa proyek Gundam Global Challenge dimulai sejak tahun 2014 dan banyak sekali hambatannya untuk merealiasikan robot Gundam ini. Proyek ini didukung oleh sembilan perusahaan.

"Kita menyelesaikan ini pada tahun 2020. Seharusnya kita menyelesaikannya sebelum Olympiade Tokyo 2019, tapi karena banyak sekali halangan dan sebagian besar adalah tanggungjawab saya, kita molor setahun," ungkap Prof. Pitoyo.

Dalam perjalanannya, banyak sekali hambatan untuk merealisaskan robot ini. Tantangan non-teknis misalnya, Ia kesulitan mencari perusahaan yang menjual motor bahkan butuh waktu 2 tahun.

Tantangan teknisnya, bagaimana bertarung melawan kekuatan gravitasi. Tentu saja tak mudah untuk menggerakkan robot Gundam setinggi 18 meter.

Ia menjelaskan bahwa robot Gundam mempunyai 34 sendi untuk bergerak. Sementara manusia memiliki kurang lebih 200 sendi. Beratnya sekitar 20 ton. Prof. Pitoyo mengakui bahwa robot Gundam ini tidak bisa bergerak secepat animasi. Hal itu karena dalam dunia fisika ada moment of inertia.

Robot Gundam ini akan dipamerkan hingga Maret 2024." Karena ini dipamekan kita harus menjaga standar keamanan. Jepang menerapkan standar keamanan yang ketat, ada banyak peraturan yang harus kita penuhi untuk membuat robot ini," ungkap Prof. Pitoyo.

Seusai berbicara mengenai Gundam Global Challenge, Prof. Pitoyo menjelaskan tentang perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) mulai dari masa lalu, sekarang, dan masa depan. Kehadiran Prof. Pitoyo ke Indonesia tentu saja sangat menginspirasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun