Pagi ini saya harus menghadiri acara di dekat Gedung Sarinah, Jl. MH Thamrin, Jakarta pukul 10.00 WIB. Saat keluar rumah sekitar jam delapan pagi, terbersit rencana untuk sekalian mencoba naik LRT Jabodebek dari Stasiun Cawang. LRT merupakan singkatan dari Light Rail Transit atau Lintas Raya Terpadu.
Biasanya, saya naik KRL Commuterline dari Stasiun Depok Baru dan turun di Stasiun Gondangdia. Maklum, saya kan termasuk Roker alias rombongan kereta. Selanjutnya, dari Stasiun Gondangdia bisa jalan kali atau naik Transjakarta ke arah Jalan Thamrin.
Di dalam KRL dari Stasiun Depok Baru, saya membaca berita di media online kalau ada gangguan LRT di Stasiun Cikunir 2 pagi ini. Efeknya ada penumpukan penumpang di jalur Bekasi. Waduh! Ini namanya cobaan di awal-awal peroperasian LRT Jabodebek.
Awalnya saya ragu, tapi mumpung keluar rumah, sekalian mencicipi naik LRT Jabodebek yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada Senin, 28 Agustus 2023. Apalagi foto-foto terkait LRT berseliweran menggoda mata. Selain itu, berlaku tarif promo goceng alias Rp 5.000 hingga akhir September 2023.
Saya pun turun di Stasiun Cawang dan naik tangga menuju Stasiun LRT Cikoko Cawang. Tiba-tiba saya ingat lagu keroncong "Yen Ing Tawang Ono Lintang" yang dipopulerkan oleh penyanyi Wadjinah. Lagunya sedikit saya modifikasi.
Yen ing Cawang ono LRT, cah ayu/ Aku ngenteni tekamu. Kretane tanpo masinis, nimas/ Tarif promo mung limang ewu.
Terjemahannya: Ketika di Cawang ada LRT, gadis ayu/ Aku menanti kedatanganmu. Keretanya tanpa masinis, nimas/ Tarif promonya lima ribu.
Saya pun melewati jembatan penyeberangan yang telah bersolek untuk mendukung integrasi, kemudian masuk ke Stasiun LRT Cikoko. Kesannya seperti masuk stasiun MRT, rapi dan bersih. Eskalator pun bekerja normal seperti kekasih yang berjanji, "Aku ingin hidup seribu tahun lagi."
Untuk masuk stasiun LRT kita bisa memakai KUE yang tidak bisa dimakan alias Kartu Uang Elektronik, yang penting saldo mencukupi. Selain kartu uang elektronik dari perbankan, kita bisa menggunakan Kartu Multi Trip KAI Commuter, Scan Qris, dan KAI PAY.
Memasuki peron stasiun LRT Cikoko suasananya juga mirip peron MRT. Peron Stasiun Cikoko Cawang berpayung atap melengkung setengah lingkaran disangga rangka pipa besi besar yang nampak kokoh dan anti keropos. Tiba-tiba terbayang rangka besi lain yang lagi viral. Ah, ojo dibanding-bandingke.
Stasiun Dukuh Atas datang.
Saya lihat jam dinding menunjukkan pukul sembilan lebih lima menit. Hanya ada beberapa penumpang yang menunggu LRT, belum seramai Stasiun KRL. Sekitar 15 menit menunggu, LRT ke arahBerbeda dengan KRL, kereta LRT nampak lebih pendek dan dalamnya lebih sempit. Kereta cukup penuh, banyak juga penumpang yang berdiri. Ada beberapa deret kursi masing-masing berkapasitas empat orang. Saya jadi ingat pantun yang sering ditulis orang saat mengakhiri surat: empat kali empat sama dengan enam belas, sempat tidak sempat harus dibalas.
Di dalam LRT saya memilih melihat keluar, memandang suasana ibukota dari ketinggian. Laju LRT seperti membelah gedung-gedung tinggi. Asyik juga ternyata.
Kehadiran LRT ini bisa menjadi moda transportasi alternatif bagi masyarakat dari Bekasi atau Cibubur dan sekitarnya yang akan menuju Jakarta. Selain mengurai kemacetan, moda transportasi umum ini bisa mengurangi polusi.
Menuju Stasiun Dukuh Atas, LRT singgah di Stasiun Pancoran, Kuningan, Rasuna Said, dan Setiabudi. Saya sempat mengamati tinggi pintu yang diberitakan pendek. Karena saya cukup tinggi, memang harus hati-hati saat masuk ke dalam LRT. Sementara masalah pengereman semoga bisa diperhalus lagi.
Nah, sampai di Stasiun Dukuh Atas, saya pun jalan kaki menuju Halte TransJakarta Dukuh Atas 1. Lumayan sekalian olahraga. Saya membayangkan kalau ada flying fox mungkin bisa lebih cepat sampai halte.
Demikian saudara-saudara, catatan ringan pengalaman pertama naik LRT Jabodebek. Rencananya, akhir pekan nanti saya ingin mengajak keluarga naik LRT Jabodebek untuk rute yang lebih panjang mungkin ke Cibubur atau Bekasi. Titik pemberangkatan pastinya di Stasiun Cikoko Cawang sambil mendendangkan lagu: Cawang, opo kowe krungu.Â
Semoga keberadaan LRT Jabodebek bisa menarik antusias para pengguna mobil pribadi untuk beralih ke transportasi massal. Semoga penumpang LRT Jabodetabek ramainya tidak hanya sewaktu ada tiket promo saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI