Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Yen Ing Cawang Ono LRT

30 Agustus 2023   17:16 Diperbarui: 30 Agustus 2023   17:18 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini saya harus menghadiri acara di dekat Gedung Sarinah, Jl. MH Thamrin, Jakarta pukul 10.00 WIB. Saat keluar rumah sekitar jam delapan pagi, terbersit rencana untuk sekalian mencoba naik LRT Jabodebek dari Stasiun Cawang. LRT merupakan singkatan dari Light Rail Transit atau Lintas Raya Terpadu.

Biasanya, saya naik KRL Commuterline dari Stasiun Depok Baru dan turun di Stasiun Gondangdia. Maklum, saya kan termasuk Roker alias rombongan kereta. Selanjutnya, dari Stasiun Gondangdia bisa jalan kali atau naik Transjakarta ke arah Jalan Thamrin.

Di dalam KRL dari Stasiun Depok Baru, saya membaca berita di media online kalau ada gangguan LRT di Stasiun Cikunir 2 pagi ini. Efeknya ada penumpukan penumpang di jalur Bekasi. Waduh! Ini namanya cobaan di awal-awal peroperasian LRT Jabodebek.

Awalnya saya ragu, tapi mumpung keluar rumah, sekalian mencicipi naik LRT Jabodebek yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada Senin, 28 Agustus 2023. Apalagi foto-foto terkait LRT berseliweran menggoda mata. Selain itu, berlaku tarif promo goceng alias Rp 5.000 hingga akhir September 2023.

Saya pun turun di Stasiun Cawang dan naik tangga menuju Stasiun LRT Cikoko Cawang. Tiba-tiba saya ingat lagu keroncong "Yen Ing Tawang Ono Lintang" yang dipopulerkan oleh penyanyi Wadjinah. Lagunya sedikit saya modifikasi.

Foto Setiyo
Foto Setiyo

Yen ing Cawang ono LRT, cah ayu/ Aku ngenteni tekamu. Kretane tanpo masinis, nimas/ Tarif promo mung limang ewu.

Terjemahannya: Ketika di Cawang ada LRT, gadis ayu/ Aku menanti kedatanganmu. Keretanya tanpa masinis, nimas/ Tarif promonya lima ribu.

Saya pun melewati jembatan penyeberangan yang telah bersolek untuk mendukung integrasi, kemudian masuk ke Stasiun LRT Cikoko. Kesannya seperti masuk stasiun MRT, rapi dan bersih. Eskalator pun bekerja normal seperti kekasih yang berjanji, "Aku ingin hidup seribu tahun lagi."

Untuk masuk stasiun LRT kita bisa memakai KUE yang tidak bisa dimakan alias Kartu Uang Elektronik, yang penting saldo mencukupi. Selain kartu uang elektronik dari perbankan, kita bisa menggunakan Kartu Multi Trip KAI Commuter, Scan Qris, dan KAI PAY.

Memasuki peron stasiun LRT Cikoko suasananya juga mirip peron MRT. Peron Stasiun Cikoko Cawang berpayung atap melengkung setengah lingkaran disangga rangka pipa besi besar yang nampak kokoh dan anti keropos. Tiba-tiba terbayang rangka besi lain yang lagi viral. Ah, ojo dibanding-bandingke.

Foto Setiyo
Foto Setiyo
Saya lihat jam dinding menunjukkan pukul sembilan lebih lima menit. Hanya ada beberapa penumpang yang menunggu LRT, belum seramai Stasiun KRL. Sekitar 15 menit menunggu, LRT ke arah Stasiun Dukuh Atas datang.

Berbeda dengan KRL, kereta LRT nampak lebih pendek dan dalamnya lebih sempit. Kereta cukup penuh, banyak juga penumpang yang berdiri. Ada beberapa deret kursi masing-masing berkapasitas empat orang. Saya jadi ingat pantun yang sering ditulis orang saat mengakhiri surat: empat kali empat sama dengan enam belas, sempat tidak sempat harus dibalas.

Di dalam LRT saya memilih melihat keluar, memandang suasana ibukota dari ketinggian. Laju LRT seperti membelah gedung-gedung tinggi. Asyik juga ternyata.

Kehadiran LRT ini bisa menjadi moda transportasi alternatif bagi masyarakat dari Bekasi atau Cibubur dan sekitarnya yang akan menuju Jakarta. Selain mengurai kemacetan, moda transportasi umum ini bisa mengurangi polusi.

Menuju Stasiun Dukuh Atas, LRT singgah di Stasiun Pancoran, Kuningan, Rasuna Said, dan Setiabudi. Saya sempat mengamati tinggi pintu yang diberitakan pendek. Karena saya cukup tinggi, memang harus hati-hati saat masuk ke dalam LRT. Sementara masalah pengereman semoga bisa diperhalus lagi.

Foto Setiyo
Foto Setiyo

Nah, sampai di Stasiun Dukuh Atas, saya pun jalan kaki menuju Halte TransJakarta Dukuh Atas 1. Lumayan sekalian olahraga. Saya membayangkan kalau ada flying fox mungkin bisa lebih cepat sampai halte.

Demikian saudara-saudara, catatan ringan pengalaman pertama naik LRT Jabodebek. Rencananya, akhir pekan nanti saya ingin mengajak keluarga naik LRT Jabodebek untuk rute yang lebih panjang mungkin ke Cibubur atau Bekasi. Titik pemberangkatan pastinya di Stasiun Cikoko Cawang sambil mendendangkan lagu: Cawang, opo kowe krungu. 

Semoga keberadaan LRT Jabodebek bisa menarik antusias para pengguna mobil pribadi untuk beralih ke transportasi massal. Semoga penumpang LRT Jabodetabek ramainya tidak hanya sewaktu ada tiket promo saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun