Seberat apapun masalahmu, jangan lupa dicukur
Tulisan di poster itu menyita perhatian saat langkahku memasuki kios Pangkas Rambut Garut di Jalan Caringin, Depok. Poster itu bersanding dengan poster lain bertuliskan, "Bukan kita yang hebat, tapi karena Allah yang memudahkan urusan kita."
Pemandangan lain seperti lazimnya kios pangkas rambut: alat-alat pangkas rambut, poster berisi wajah-wajah foto model dengan berbagai gaya rambut, lembaran kertas bertuliskan tarif pangkas rambut, dan pesawat televisi.
Tempat pangkas rambut ini bukan langganan saya. Biasanya saya memotong rambut di tempat pangkas rambut Uda. Sayang, Uda tidak bisa memperpanjang sewa kios. Pemiliknya akan membongkar kios yang disewa Uda untuk memperluas area minimarket.
Karena pemilik kios sedang sibuk memangkas rambut seorang anak muda, saya duduk mengantri di samping lelaki yang asyik berselancar di telepon genggamnya. Saya kembali mengamati poster bertuliskan: Seberat apapun masalahmu, jangan lupa dicukur.
Jangan-jangan itu hanya kalimat iseng seperti tulisan-tulisan kocak di bagian belakang bak truk. Apakah masalah bisa selesai hanya dengan cukur rambut?
Mungkin tukang cukur ingin memberikan semacam motivasi, jika penampilan lebih rapi setelah cukur rambut, maka kepercayaan diri meningkat. Kita pun bisa berpikir lebih jernih dalam mengurai masalah.
Setidaknya, sampai di rumah, tak lagi ada omelan dari istri atau orang tua, "Nah gitu potong rambut kan jadi rapi, enak dilihatnya."
Berbeda saat rambut kusut muka acak-acakan. Eh kebalik ya. Istri berkali-kali mengingatkan, "Itu rambut dah kayak sarang burung aja, mbok potong rambut."
Saya membayangkan jika kalimat itu diucapkan motivator handal yang disiarkan langsung oleh stasiun televisi swasta. Dengan mengepalkan tangan, motivator handal berkata, "Seberat apapun masalahmu, jangan lupa dicukur."