Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Berkenalan Dengan Katak Amerika di Kampung Halaman

21 November 2022   11:39 Diperbarui: 21 November 2022   11:56 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Delapan petak kolam itu awalnya saya kira berisi lele jumbo. Setelah didekati ternyata berisi ratusan ekor katak. Bukan katak biasa, tetapi katak amerika. Wah ternyata saya bisa berkenalan dengan katak amerika di kampung halaman.

Saat pulang kampung ke Purworejo, Jawa Tengah biasanya saya keliling kampung melihat-lihat suasana sambil mengenang masa kecil. Saat pulang kampung pada awal November 2022, saya mampir ke rumah seorang teman. Saya diminta menengok salah satu usaha ternak yang sedang digeluti anaknya.

Biasanya usaha ternak di kampung tak jauh dari pelihara ayam, bebek, kambing, sapi, atau lele. Dugaan saya meleset, ternyata yang dibudidayakan adalah katak amerika. Mungkin sesuai dengan nama anak teman saya Carlando yang serpintas mirip nama kota Orlando di Amerika Serikat.

Cando begitu nama panggilannya, menyebut katak amerika sebagai bullfrog. Dari beberapa sumber bullfrog sering disebut dengan kata lembu, mungkin karena ukurannya dari katak lain yang biasa hidup persawahan.

Sore itu, Cando sedang mengganti air yang ada di kolam-kolam berukuran sekitar 1,5 x 1,5 meter. Menurutnya air harus rutin diganti, tujuannya kalau tidak salah ingat agar air tetap bersih dan katak terhindar dari penyakit.

Cando mendapatkan bibit bullfrog dari Kediri, Jawa Timur. Ia memilih katak berusia sekitar 4 bulan atau percil dengan harga sekitar Rp 2.000 -- Rp 2.500 per ekor. Jadi budidaya yang dilakukannya adalah pembesaran atau pengemukan katak.  

Jika memelihara dari kecebong, menurutnya terlalu lama dan biayanya jadi besar. Sementara untuk pembesaran katak muda (percil) dalam waktu 4 bulan sudah bisa panen. Harga jualnya sekitar Rp 35 ribu -- Rp 40 ribu per kilo. Satu kilo bisa berisi 3-4 ekor katak. Wah cukup menggiurkan juga keuntungannya.

Untuk makanan katak amerika, Cando memberinya pelet. Untuk katak yang sudah besar diberi pelet berukuran besar. Sementara untuk katak muda (percil) diberi pelet ukuran lebih kecil. Kolam percil dan katak besar juga dipisahkan. Jika dicampur, katak besar bisa memangsa katak-katak kecil.

Cando mengaku baru merintis usaha katak amerika ini. Namun katak yang dibudidayakannya sudah dipesan untuk dikirim ke Jawa Timur. Katak tersebut nantinya untuk memenuhi kebutuhan restoran dan rumah makan yang menyediakan olahan katak atau biasa disebut swike.

Mudah-mudahan usaha tersebut bisa lekas berkembang dan memotivasi generasi muda lainnya untuk tetap tinggal dan merintis usaha di kampung halaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun