Bau badan saat naik kereta rel listrik (KRL) bisa membuat penumpang lain tidak nyaman. Beberapa penumpang KRL sering mengeluh kondisi tidak nyaman saat dekat dengan penumpang dengan bau badan atau bau ketiak. Mereka sering curhat di media sosial dan grup Facebook penumpang KRL.
Saat pulang kerja, Paijo tertegun membaca curhatan-curhatan terhadap penumpang KRL yang bau ketiak. "Jangan-jangan saya juga termasuk penumpang dengan bau ketiak," pikir Paijo sambil mencium kedua ketiaknya.
Namanya bau ketiak, kadang hidung orang lain yang lebih peka. Seperti perihbahasa air ketiak tanda tak dalam. Dalamnya lautan bisa diterka, dalamnya ketiak siapa yang tahu.
Paijo jadi teringat, saat pulang ke rumah, istrinya mendorong-dorong Paijo agar segera mandi. "Ayah mandi dulu sana, bau asem," kata istrinya sambil menggerak-gerakkan tangan di depan hidung.
Paijo mendadak minder. Apalagi ia selalu jalan kaki dari kantornya ke stasiun, jadi badannya kadang keringatan. Ia tak ingin penumpang KRL terganggu kalau tubuhnya bau ketiak.
Sepulang kerja, ia pun mampir ke minimarket, membeli deodoran dan parfum. Di toilet stasiun, Paijo langsung mengoleskan deodoran di kedua ketiak dan menyemprot parfum di baju.
Paijo jadi percaya diri saat memasuki peron dan sesak KRL. Ia yakin tidak ada lagi masalah bau ketiak yang menganggu kenyamanan penumpang lain.
Sesampainya di rumah, istrinya menyambut Paijo dengan cium tangan seperti biasa. Namun, hidung istrinya kembang kempis mengendus sesuatu
"Kok tumben bau wangi Pak, biasanya bau asem. Emang Bapak habis ngelayap ke mana, ngelayap sama siapa, cewek ya?" tanya istrinya dengan penuh curiga.
Paijo gelagapan mendapat pertanyaan tak terduga dari istrinya. Paijo hanya bisa garuk-garuk kepala.