Startup BRIN -- PPBR lainnya adalah pelet komplit Slemanfeed yang merupakan kolaborasi antara BRIN dengan PT Juli Sapi Domba Oke dan telah mendapatkan lisensi paten granted. Humas PT Juli Sapi Domba Oke, Gatot Nursinggih mengatakan pelet ini merupakan konsentrat plus mineral nutrient yang terbuat dari daun singkong, daun gamal, dan rumput gajah.
Dengan gaya yang akrab, Singgih menjelaskan bahwa pelet ini dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan lahan untuk peternakan terutama di perkotaan. Selain ternak jadi cepat gemuk, kotoran ternak yang mengonsumsi pelet ini tidak bau sehingga peternak tidak dikomplain tetangga.
Keberadaan pelet ini diharapkan bisa menarik generasi milenial untuk jadi peternak. Selain praktis, peternak milenial tidak perlu repot mencari rumput atau dedaunan untuk pakan ternak. "Istilahnya Ngarit free," kata Gatot sambil terkekeh.
Invensi Talenta MudaÂ
Generasi zaman now ternyata tidak hanya betah main game online atau ber-medsos ria. Persoalan yang ada di tengah masyarakat menggugah empati generasi muda hingga melahirkan invensi dan inovasi.
Hal itu terlihat dari booth InaRI Expo 2022 yang menampilkan karya para finalis Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan National Young Inventors Award (NYIA) yang digelar BRIN. Melihat hasil penelitian dan invensi talenta muda, saya merasakan hembusan angin segar bergeliatnya ekosistem riset dan inovasi di Indonesia.
Beredarnya tahu yang mengandung pewarna tekstil atau Metanil Yellow mendorong Qonitat Maimanah dan Alodia Putri Kaira, siswa SMA BIAS Yogyakarta untuk mendesain alat pendeteksi Metanil Yellow pada tahu berbasis arduino.
Alodia dengan cekatan menjelaskan cara mendeteksinya dengan menyemprot tahu menggunakan soda kue kemudian dimasukkan ke dalam alat. Setelah itu  pencet tombol on/off, selang 10 menit sensor akan memberi hasil pada lampu indikator. Warna hijau berarti aman, warna merah berarti berbahaya.
Ia berharap alat ini bisa mempermudah masyarakat mengenali pewarna tahu yang berbahaya. Karena itulah mereka tertarik untuk berkontribusi memecahkan berbagai persoalan di tengah masyarakat. "Saat usia masih muda adalah waktunya berkarya untuk membantu Indonesia maju," tegas Alodia.
Persoalan minimnya jumlah dokter spesialis anak di Papua Barat melatar belakangi dua pelajar dari SMA AVEROS Papua Barat untuk mengembangkan perangkat canggih bernama ART Papua. Kedua siswa tersebut adalah Malani Adri Komul dan Grace Anastasia Tiku Limbu.