Roro Muria yang datang bersama asisten pribadinya berdecak kagum melihat stasiun megah yang dibangun Bandung Bogowonto.
"Ternyata kamu hebat juga," puji Roro Muria.
Bogowonto tersenyum sumringah sambil membetulkan dasinya.
"Sekarang aku ingin melihat lantai dua, tiga, dan seterusnya," kata Roro Muria.
"Tak perlu kuatir Roro, stasiun ini dilengkapi lift untuk naik ke atas," kata Bogowonto sambil mengarahkan Roro Muria ke arah lift.
Dengan sopan, Bogowonto memencet tombol lift. Namun indikatornya tidak menyala. Berkali-kali Bogowonto memencet tombol namun tak jua menyala.
Tiba-tiba anak buahnya datang sambil membawa papan pengumuman bertuliskan: MOHON MAAF LIFT SEDANG DALAM PERBAIKAN. Bogowonto langsung menepuk jidat. Roro Muria geleng-geleng kepala.
"Mohon maaf Roro, ada kendala teknis. Tapi jangan kuatir kita bisa pakai eskalator ke lantai dua," kata Bogowonto.
Bogowonto dan Roro Muria berjalan menuju eskalator. Namun betapa terkejutnya, Bogowonto saat membaca pengumuman di dekat eskalator: MOHON MAAF ESKALATOR SEDANG DALAM PERBAIKAN JUGA.
Bogowonto cemas. Keringat dingin mengucur membasahi jasnya.
"Bagaimana ini, stasiun baru kok lift dan eskalatornya mati," kata Roro Muria dengan bersungut-sungut.