Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Stasiun 1000 Lantai

5 Juni 2022   20:55 Diperbarui: 5 Juni 2022   20:59 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukan Stasiun 1000 Lantai (Ilustrasi Sita)

Roro Muria yang datang bersama asisten pribadinya berdecak kagum melihat stasiun megah yang dibangun Bandung Bogowonto.

"Ternyata kamu hebat juga," puji Roro Muria.

Bogowonto tersenyum sumringah sambil membetulkan dasinya.

"Sekarang aku ingin melihat lantai dua, tiga, dan seterusnya," kata Roro Muria.

"Tak perlu kuatir Roro, stasiun ini dilengkapi lift untuk naik ke atas," kata Bogowonto sambil mengarahkan Roro Muria ke arah lift.

Dengan sopan, Bogowonto memencet tombol lift. Namun indikatornya tidak menyala. Berkali-kali Bogowonto memencet tombol namun tak jua menyala.

Tiba-tiba anak buahnya datang sambil membawa papan pengumuman bertuliskan: MOHON MAAF LIFT SEDANG DALAM PERBAIKAN. Bogowonto langsung menepuk jidat. Roro Muria geleng-geleng kepala.

"Mohon maaf Roro, ada kendala teknis. Tapi jangan kuatir kita bisa pakai eskalator ke lantai dua," kata Bogowonto.

Bogowonto dan Roro Muria berjalan menuju eskalator. Namun betapa terkejutnya, Bogowonto saat membaca pengumuman di dekat eskalator: MOHON MAAF ESKALATOR SEDANG DALAM PERBAIKAN JUGA.

Bogowonto cemas. Keringat dingin mengucur membasahi jasnya.

"Bagaimana ini, stasiun baru kok lift dan eskalatornya mati," kata Roro Muria dengan bersungut-sungut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun