Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menebak Harga Gorengan di Bulan Ramadan Saat Migor Jual Mahal

30 Maret 2022   11:32 Diperbarui: 30 Maret 2022   11:42 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbuka puasa dengan gorengan menjadi favorit banyak orang. Gorengan seakan menjadi menu buka puasa yang harus ada dan tak boleh terlewatkan. Namun, saat minyak goreng sedang jual mahal, penggemar gorengan harus siap-siap merogoh kocek lebih dalam.

Biasanya saat Ramadan, menjelang sore hari lapak penjual gorengan dan aneka menu berbuka puasa bermunculan di pinggir jalan, bagai minyak goreng kemasan yang tiba-tiba bermunculan di rak-rak minimarket dan supermarket setelah pemerintah mencabut aturan harga eceran tertinggi (HET).

Mahalnya harga minyak goreng (migor) memang membuat cemas emak-emak jelang bulan Ramadan. Demikian juga penjual gorengan di sekitar tempat tinggal saya. Pada hari-hari biasa, gorengan seperti tempe goreng, tahu goreng, cireng, bala-bala, dan lain-lain harganya seribu rupiah per potong.

Setelah ada gonjang-ganjing kelangkaan migor disusul melambungnya harga migor, para penjual gorengan ikut merevisi harga. Harga gorengan yang biasanya sepotong seribu Rupiah, menjadi Rp 5 ribu untuk 4 potong. 

Saat puasa, biasanya harga kebutuhan pokok lain juga ikut naik. Apakah harga gorengan akan menyesuaikan juga?

Pasti saat ini, sepertinya penjual gorengan sedang dilanda dilema. Harga dinaikkan takutnya kurang laku, harga tetap bisa rugi. Mungkin para pedagang gorengan harus membuat webinar untuk merumuskan harga keekonomian gorengan saat bulan Ramadan ketika migor jual mahal. Bertahan dengan harga Rp 5 ribu 4 potong gorengan atau naik menjadi Rp 5 ribu untuk 3 potong gorengan atau malah 2 potong gorengan.

Salah satu cara mungkin para penjual gorengan akan berburu minyak goreng curah yang harganya disubsidi. Jadinya di pasaran akan ada dua versi gorengan dengan harga berbeda: gorengan curah dan gorengan premium.

Siasat lainnya dengan mengecilkan ukuran gorengan. Tempe diiris setipis kartu ATM yang saldonya menyedihkan, atau kalau bisa lebih tipis lagi setipis silet. Demikian juga dengan ukuran bala-bala atau cireng dengan isi yang lebih minimalis.

Begitu juga dengan tahu isi yang lebih menyederhanakan isiannya, misalnya irisan sayur kol. Saat menggoreng biar syahdu bisa sambil menyanyi lagu hits "Andai Dia Tahu" dari Kahitna yang sudah dimodifikasi: Bilakah dia tahu, minyak goreng mahal sekali. Semenjak hari itu, tahu isi merana.

Saat mencoba menebak harga gorengan di bulan Ramadan, tiba-tiba saya teringat pesan dokter. "Bapak kan darahnya mulai tinggi, jadi belajar kurangi garam, gorengan dan mi instan." Waduh!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun