Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menengok Pengembangan Buah Unggul di Balitbu Tropika

24 Februari 2019   22:29 Diperbarui: 24 Februari 2019   23:01 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebun Buah Naga di KP Aripan (Foto Setiyo)

Menyusuri jalan berkelok dari Kota Padang menuju Solok (18/2/2019), Pak Sopir yang mengantar kami tak henti bercerita kelezatan aneka makanan khas Padang yang serba pedas dan bersantan. Tak lupa cerita tentang buah durian dan rambutan berbuah lebat di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika), lokasi yang kami tuju.

Perjalanan memakan waktu kurang lebih tiga jam, termasuk mampir di sejenak untuk selfie-selfie di Panorama 2 Sitinjau Lauik dan makan siang yang kesorean di Rumah Makan Mintuo dengan menu spesial dendeng batokok lado hijau. "Makan di rumah mertua tapi harus bayar," canda Pak Sopir.

Sekitar pukul 16.00 WIB, mobil yang kami naiki memasuki gerbang Balitbu Tropika. Jajaran pohon rambutan yang berbuah lebat dan buah durian yang bergelantungan di dahan rendah menyambut kami. Jika masuk lebih dalam terdapat area-area untuk pengembangan berbagai varietas buah tropika seperti pisang, pepaya, manggis, hingga buah naga.

Balitbu Tropika yang berdiri pada 1984 merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Puslitbang Hortikultura, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian. Salah satu tugas Balitbu Tropika adalah melakukan konservasi sumber daya genetik (SDG) buah tropika melalui ekplorasi dan seleksi varietas unggul.

Kepala Balitbu Tropika, Ellina Mansyah mengatakan Balitbu Tropika mendapat mandat  mengembangkan komoditas prioritas, komoditas unggulan, dan trendsetter buah tropika. Komoditas prioritas meliputi mangga, pisang, dan manggis. Komoditas unggulan antara lain salak, papaya, nanas, buah naga, semangka, dan melon. Sementara komoditas trendsetter yaitu sukun untuk alternatif pangan.

Saat ini Balitbu Tropika memiliki sejumlah koleksi SDG diantaranya 190 aksesi pisang, 33 aksesi manggis, 298 aksesi (1.148 tanaman) mangga, 136 aksesi durian dan plasma nutfah salak. Koleksi SDG buah tropika berada di Kebun Percobaan (KP) yang dikelola Balitbu Tropika yaitu KP Sumani dan Aripan di Solok, Sumatera Barat; KP Wera di Subang, Jawa Barat; KP Cukurgondang, Kraton, Pandean di Pasuruan, Jawa Timur.

Melalui kegiatan pengelolaan SDG dan pemuliaan tanaman, terang Elina, Balitbu Tropika telah menghasilkan varietas unggul baru komoditas diantaranya pisang Kepok Tanjung dan pisang Ina-03 yang dikelola dalam suatu kawasan kebun induk.

Kepala Balitbu Tropika, Ellina Mansyah (tengah) di kebun induk Pisang Ina-03 (Foto Setiyo)
Kepala Balitbu Tropika, Ellina Mansyah (tengah) di kebun induk Pisang Ina-03 (Foto Setiyo)
Koleksi 298 aksesi (1.148 tanaman) mangga tersimpan di KP Cukurgondang, Pasuruan, Jawa Timur. Varietas unggul mangga diantaranya Arummanis 143, Golek, Garifta, Agri Gardina 45 (mangga pisang) dan Gadung 21 (mangga alpukat).

Dari total 30 spesies durian di dunia, 21 spesies dijumpai di Indonesia. Balitbu Tropika memiliki 136 aksesi di KP Subang dan Aripan, 102 diantaranya merupakan varietas unggul. Varietas unggul durian diantaranya Matahari, Pelangi, Kromo Banyumas, dan lain-lain.

Untuk buah manggis, dari total 400 spesies manggis di dunia, 100 spesies tumbuh di Indonesia. Balitbu Tropika memiliki koleksi 33 aksesi. Dari koleksi tersebut, terdapat 11 varietas unggul dari Balitbu Tropika antara lain Ratu Tembilahan, Ratu Kamang, dan Wanayasa.

Keesokan paginya pada Selasa (19/2/2019) Kepala Balitbu Tropika beserta beberapa peneliti mengajak kami berkeliling di KP Aripan yang satu lokasi dengan Kantor Balitbu Tropika. Lokasi pertama adalah kebun induk Pisang Kepok Tanjung atau kepok tanpa jantung. Karena tak memiliki jantung, pisang Kepok Tanjung bisa terhindar dari serangan penyakit layu bakteri (Blood Disease Bacterium) yang menjadi masalah nasional bagi perpisangan di Indonesia.

"Jantung sebenarnya adalah bunga sehingga memfasilitasi serangga pembawa bakteri hinggap. Bakteri ini bergerak dari bunga menuju pisang kemudian ke daunnya sehingga menguning dari atas. Karena tidak memiliki jantung mengurangi peluang didatangi serangga," terang peneliti Balitbu Tropika, Agus Sutanto.

Peneliti Balitbu Tropika, Agus Sutanto di tengah kebun pisang Kepok Tanjung (Foto Setiyo).
Peneliti Balitbu Tropika, Agus Sutanto di tengah kebun pisang Kepok Tanjung (Foto Setiyo).
Keunggulan lainnya, tidak seperti pisang kepok lainnya yang terasa asam, varietas ini manis dengan kandungan total padatan terlarut (TSS) sebesar 29-30% Brix. Pisang Kepok Tanjung memiliki warna kulit buah matang kuning, warna daging buah matang kuning orange, dan tekstur buah kenyal. Pisang yang cocok untuk pisang olahan ini memiliki daya simpan pada suhu kamar 15-21 hari, dan potensi hasil 20-30 ton/ha/tahun. Jumlah sisir per tandan sekitar 15-18 sisir dengan bobot 15-25 kg/tandan.

Selain Kepok Tanjung, Balitbu Tropika juga mengembangkan Pisang Ina-03 yang diklaim mendekati pisang ideal. Menurut Edison HS, peneliti Balitbu Tropika, pisang ideal adalah berbatang pendek, berumur genjah, daun tegak, tangkai tandan panjang, tangkai buah relatif panjang, dan tahan terhadap organisme pengganggu tanaman.

Saat ini hanya ada 5-8 varietas pisang yang mendekati ideal yaitu Ambon Hijau/Cavendish, Barangan, Mas, Raja, Ketan, Tanduk Candi, dan Kepok Kuning. Karena itu kehadiran pisang Ina-03 tepat sebagai pilihan bagi para pekebun.

Pisang Ina-03 menghasilkan buah 10-15 kilogram dengan 6-8 sisir per tandan. Rasanya manis dengan kadar kemanisan mencapai 28,5-29,0Brix. Pisang bertekstur buah kenyal itu tahan simpan hingga 18 hari. Keunggulan lain, Ina-03 toleran penyakit layu fusarium dan toleran penyakit layu bakteri.

Kami juga berkesempatan mengunjungi kebun buah naga yang bisa berbuah sepanjang musim. Hal itu karena KP Aripan berada di wilayah dekat garis khatulistiwa dan adanya perawatan yang intensif melalui pemenuhan unsur hara, bahan organik, dan pemupukan.

Kebun Buah Naga di KP Aripan (Foto Setiyo)
Kebun Buah Naga di KP Aripan (Foto Setiyo)
Selain itu, buah naga tersebut bisa menyerbuk sendiri, sehingga tidak memerlukan bantuan penyerbukan malam hari. Karakter ini berbeda dengan kebanyakan varietas buah naga yang masih harus dibantu penyerbukannya.

"Posisi bunga jantan dan betina sangat berdekatan sehingga dengan goyangan angin saja bisa nempel serbuk sarinya. Yang biasanya perlu dibantu penyerbukannya karena posisi bunga jantan lebih rendah dibanding bunga betina," terang Jumjunidang, peneliti Balitbu Tropika.

Menurutnya, buah naga membutuhkan cahaya penuh tanpa ada intercropping dengan apapun. Meskipun buah naga sejenis tanaman kaktus, juga membutuhkan air yang kontinu setiap hari. Kalau kita penuhi kebutuhan pupuk, hara, cahaya dan air maka dia akan berbuah.

Buah naga, lanjutnya, akan berbuah awal pada usia delapan bulan. Namun, fase berproduksi stabil terjadi pada usia satu tahun ke atas. Dari bunga kuncup sampai bunga mekar kurang lebih 1 bulan. Sementara dari bunga mekar malam hari sampai panen kurang lebih satu bulan. Produktivitas rata-rata 3 kilo perbulan/pohon dengan dua kali panen.

Mencicipi durian beserta ketan di tengah kebun durian (foto Setiyo)
Mencicipi durian beserta ketan di tengah kebun durian (foto Setiyo)
Perjalanan keliling KP Aripan berakhir di kebun durian yang sedang berbuah lebat. Tak lupa kami mencicipi beramai-ramai mencicipi buah durian di tengah kebun durian. Tentu saja ini menjadi pengalaman yang mengesankan. Sambil menikmati durian, ada sebersit harap semoga buah-buahan lokal bisa terus berkembang sehingga serbuan buah impor berkurang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun