Nama vaksin ini terbilang unik: Vaksin ETEC+VTEC. Vaksin ini efektif untuk menekan  kematian anak sapi (pedet) akibat diare di awal-awal kelahiran. Kehadiran vaksin ini sangat penting karena kejadian diare neonatal pada pedet di Indonesia sekitar 22% dengan tingkat kematian mencapai 91% sehingga merugikan secara ekonomi.
Diare terjadi akibat penyakit Kolibasilosis pada anak sapi akibat serangan bakteri Enterotoksigenik Escerichia coli(ETEC) dan Verotoksigenik Escerichia coli (VTEC). Penyakit ini umumnya menginfeksi anak sapi pada minggu pertama kelahiran (diare neonatal) yang menyebabkan diare profus, dehidrasi, dan kematian.
Untuk menekan kejadian diare neonatal, Badan Litbang Pertanian melalui Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) Bogor mengembangkan vaksin ETEC+VTEC. Vaksin ini mengandung sel bakteri E Coli enterotoksigenik dan verotoksigenik isolat lokal yang telah di-inaktivasi. Penggunaan dan pemanfaatan isolat lokal sesuai dengan bakteri penyebab diare neonatal di Indonesia, sehingga memberikan kekebalan yang optimal.
Pada Sabtu (31/3/2018), penulis berkesempatan mengunjungi lokasi ujicoba vaksin ETEC+VTEC di Balai Budidaya dan Pembibitan Ternak Terpadu (BBPTT) di Kendal, Jawa Tengah. Pada kunjungan tersebut hadir Kepala bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian BB Litvet - Bogor, Bambang Ngaji Utomo, serta dua peneliti BB Litvet yaitu Rahmat Setya Adji dan Andriani. Kegiatan ujicoba vaksin ETEC+VTEC ini untuk mendukung program strategis Kementerian Pertanian untuk meningkatkan populasi sapi di Indonesia melalui Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus SIWAB).
Vaksinasi pada induk sapi bunting dinilai efektif karena bisa memberikan imunisasi pasif pada anak sapi melalui kolostrum, jenis susu yang diproduksi sapi induk pada awal-awal kelahiran. Sementara pengobatan dengan antibiotik memerlukan ketelitian dalam memilih antimikrobial yang tepat. Saat ini dilaporkan beberapa antibiotik sudah resisten terhadap agen penyebab penyakit tersebut.
Vaksinasi pada sapi induk bunting dilakukan pada induk sapi usia kebuntingan 7-8 bulan dengan melakukan ulangan booster vaksinasi 1 bulan kemudian atau 1 minggu sebelum melahirkan. Vaksin ETEC+VTEC akan memberikan kekebalan pada pedet sampai 90% dan mampu mencegah dan menurunkan kematian anak sapi akibat diare, sehingga pedet dapat tumbuh dengan baik.
Secara keseluruhan pelaksanaan vaksinasi ETEC +VTEC pada induk sapi yang bunting dapat menggertak respon antibodi dibandingkan pada sapi bunting yang tidak divaksin. Respon kekebalan tubuh yang ada pada induk bunting dapat diturunkan ke anak sapi sehingga tahan terhadap kasus diare.
Kepala BBPTT Jawa Tengah, Abdullah mengungkapkan dari 35 ekor pedet yang dilahirkan oleh sapi induk yang telah divaksin, tidak ada yang terkena diare. Memang ada pedet yang agak sedikit terkena diare tapi langsung bisa disembuhkan bukan berakhir dengan kematian.
Pemberian vaksin ETEC+VTEC juga tidak menyebabkan efek samping sebab sel bakteri sudah dibunuh dan diambil sebagian sehingga reaksi di badan sapi sudah tidak ada. Selanjutnya, semua indukan sapi di BBPTT yang bunting 7-8 bulan diberi vaksin dengan ETEC+VTEC.
Saat ini, pembuatan vaksin ETEC+VTEC telah melalui kerjasama dengan perusahaan obat hewan nasional yaitu PT Caprifarmindo, namun produksinya masih terbatas untuk memenuhi program pemerintah. Produksi vaksin dalam skala massal dan komersial masih menunggu keluarnya izin edar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H