Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pembuat Hoaks Terbaik dan Membangun adalah Ibu

7 Januari 2018   06:03 Diperbarui: 7 Januari 2018   12:18 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ibu dan buah hatinya (sumber moziru.com)

Istilah "hoax membangun" yang dilontarkan Ketua Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Mayjend TNI Purn Djoko Setiadi beberapa waktu lalu menjadi pembahasan seru oleh warganet. Pernyataan itu menuai beberapa komentar hingga memunculkan tagar #hoaxmembangun yang menjadi trending topic di Indonesia.

Pernyataan tentang hoax juga pernah dilontarkan Peneliti Perhimpunan Pendidikan Demokrasi, Rocky Gerung. Dalam program acara Indonesia Lawyer Club, Selasa malam (17/1/2016), Rocky Gerung mengatakan, pembuat hoax terbaik adalah penguasa. Pernyataan ini juga sempat menjadi pembahasan seru warganet.

Sebagai staf kurang ahli, tentu saya tidak berkompeten membahas pernyataan dua tokoh tersebut. Arti hoax aja masih bingung. Akhirnya, dengan modal dengkul eh jempol, berselancar sana-sini, ketemu juga arti kata hoax. Semoga arti hoax yang saya temukan bukan hoax.

Hoax menurut beberapa sumber bisa diartikan sebagai tipuan, menipu, berita bohong, kabar burung, informasi palsu, dan lain-lain. Menurut wikipedia bahasa Indonesia, hoax diartikan sebagai usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut adalah palsu.

Kalau begitu sebenarnya hidup kita tidak jauh-jauh dari hoax. Sejak kecil kita akrab dengan hoax, bahkan secara tidak langsung kita tumbuh dan berkembang bersama hoax. Sebab, pembuat hoax terbaik dan membangun sebenarnya adalah seorang Ibu. Bahkan konon, seorang Ibu rela sepanjang hidupnya membuat ke-hoax-an eh kebohongan demi anak-anaknya.

Sewaktu kecil, pasti kita pernah dibohongi atau diberi informasi palsu oleh Ibu. Seorang Ibu rela menahan lapar agar anaknya yang lapar menjadi tidak lapar, "Kamu makan saja Nak, Ibu sudah kenyang." Padahal Ibu belum makan sesuap nasi. Saat siang malam menjaga sang anak yang tergeletak sakit, ibu dengan tegar berkata, "Istirahatlah Nak, Ibu belum ngantuk." Masih banyak contoh kebohongan lain yang dilakukan Ibu demi anak-anaknya.

Kalau sang anak susah makan, Ibu kadang memberi informasi palsu, "Kalau Adik nggak mau makan, entar perutnya dimakan cacing lho."  Horor sekali dan tidak ilmiah kan. Atau "Kalau makanannya nggak dihabisin, nanti ayamnya mati." Kasihan kan ayam yang sedang mencari makan terseret-seret dalam kasus anak tidak mau makan. Kadang Ibu sedikit mengancam, "Kalau nggak mau makan, entar gede kamu kurus, cacingan, dan jomblo akut lho." Yang terakhir ini tentu saja mengada-ada.

Begitulah, ibu rela melakukan apa saja demi kebaikan dan kesehatan anak-anaknya. Termasuk berbohong dan memberi informasi palsu. Rasanya, kita diam-diam dibesarkan dan tumbuh kembang bersama hoax dari Ibu. Ah, jadi kangen Simbok.

Tak hanya semasa kecil, saat anak-anaknya tumbuh menjadi remaja hingga dewasa pun, Ibu masih suka ber-hoax ria. Kalau lihat anak gadisnya enak-enak makan di tengah pintu rumah, Ibu akan bilang, "Jangan makan di pintu Nduk, nanti kamu sulit dapat jodoh." Padahal maksud Ibu, tidak sopan makan di pintu rumah.

Pas lihat anak gadisnya menyapu kurang bersih, si Ibu menegur, "Nduk, kamu ini nyapunya kok nggak bersih. Nanti bojomu brewokan." Kalau brewokan kan macho Bu, jawab anaknya. "Kamu ini kalau dibilangin orang tua selalu ngeyel to," balas si Ibu.

Walaupun di kampung halaman, kondisi Ibu sedang gregas-greges atau meriang, tapi seorang Ibu bisa bilang, "Ibu sehat-sehat saja," saat anaknya yang merantau di kota menelpon. Ibu tak ingin membuat anaknya yang kerja di rantau menjadi cemas. Padahal, selain not delicious body atau tidak enak badan, Ibu sebenarnya juga sedang pusing memikirkan undangan hajatan yang datang bertubi-ibu, tagihan listrik yang terus naik, belum lagi tagihan kredit panci.

Begitulah, kasih sayang Ibu sepanjang rel kereta eh sepanjang jaman. Seorang Ibu rela membuat hoax demi anak-anaknya. Tentu saja hoax dari seorang ibu didasari atas kasih sayang pada anak-anaknya. Mungkin ini yang dimaksud dengan hoax yang membangun.

Ah, jadi kangen sama Ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun