Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Panen Perdana Padi Varietas Unggul Toleran Salin

18 Agustus 2017   10:56 Diperbarui: 18 Agustus 2017   11:13 1413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dirjen Penguatan Inovasi Kemeristekdikti, Jumain Appe, bersama Rektor Unsoed dan Bupati Pemalang saat Panen Raya Padi Inpari Unsoed 79 Agritan di Desa Nyamplungsari, Petarukan, Pemalang, Selasa (15/8/2017). Foto Setiyo Bardono

 

Padi itu bunting dulu baru dikawinkan. Kalau orang kan kawin dulu baru bunting.

Warga desa terutama kaum wanita terkekeh-kekeh mendengar penuturan Rektor Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Achmad Iqbal saat menerangkan proses persilangan padi sehingga menghasilkan varietas baru. Cara persilangan yang rumit diterangkannya dengan sederhana.

Selasa siang itu (15/8/2017), di bawah tenda di area terik persawahan, warga Desa Nyamplungsari, Kecamatan Petarukan, Pemalang antusias mengikuti acara Panen Perdana padi varietas unggul toleran salin "Inpari Unsoed 79 Agritan". Varietas padi ini terbilang istimewa karena bisa beradaptasi di lahan salin atau sawah dengan kadar garam tinggi.

Acara panen perdana padi "Inpari Unsoed 79 Agritan" menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI ke 72 ini diharapkan bisa membawa angin segar bagi para petani di lahan salin untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Varietas padi "Inpari Unsoed 79 Agritan" dikembangkan oleh Suprayogi dan Noor Farid, pemulia tanaman dari Fakultas Pertanian Unsoed sejak 2010. Varietas ini secara khusus disiapkan untuk bisa ditanam di lahan sawah daerah pesisir yang pada musim kemarau tidak bisa ditanami padi karena peningkatan salinitas (kadar garam) pada saluran irigasinya.

Varietas hasil persilangan antara padi Cisadane dan Atomita-2 ini telah dilepas dengan SK Menteri Pertanian RI No. 1251/KPTS/SR.120/12/2014, tanggal 5 Desember 2014. Varietas "Inpari Unsoed 79 Agritan" telah lolos melalui serangkaian uji daya hasil dan toleransinya terhadap kadar garam tinggi sampai 12 dSiemen/meter skala laboratorium dan uji daya hasil di delapan lokasi lahan salin di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

Agar hasil penelitian ini memberi manfaat bagi masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi, Kemenristekdikti memberikan bantuan insentif melalui Program Hilirisasi Inovasi Teknologi Perguruan Tinggi. Program ini berupa Produksi Benih dan Pengembangan Padi Varietas Unggul Toleran Salin "Inpari Unsoed 79 Agritan" di empat Kabupaten (Cilacap, Kebumen, Tegal dan Pemalang) dengan luas total 400 hektar.

Dirjen Penguatan Inovasi Jumain Appe, seusai panen perdana "Inpari Unsoed 79 Agritan" mengatakan peningkatan produksi padi melalui pemanfaatan lahan-lahan marjinal, seperti lahan salin bisa mendukung terwujudnya swasembada beras. Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia. Banyak sekali lahan-lahan di dekat pantai yang tidak bisa dimanfaatkan karena tidak ada teknologi dan komoditi yang bisa ditanam.

Karena itu, kata Jumain, perlu penelitian tanaman padi yang tidak hanya untuk mengatasi masalah asin namun harus menghasilkan malai yang tinggi. Untuk mewujudkannya, harus dikawinkan antara padi dengan akar dan batang yang tahan terhadap asam dengan padi yang produktivitasnya tinggi. Salah satunya hasilnya adalah Padi Varietas Unggul Toleran Salin "Inpari Unsoed 79 Agritan".

Pada kesempatan tersebut, Suprayogi, salah satu pemulia tanaman padi "Inpari Unsoed 79 Agritan" memaparkan hasil pengembangan perdana di empat kabupaten berjalan cukup baik meskipun menghadapi berbagai kendala. Kendala utamanya jika air rob menggenangi tanaman padi dalam waktu yang lama.

Pertanaman di Desa Cabawan, Tegal, gagal karena terendam oleh rob air laut sampai berhari-hari, dan menyisakan lebih kurang hanya 5 persen dengan produksi hanya 2.4-4 ton per hektar. Di desa lain juga terkena rob air laut tapi tidak separah di Desa Cabawan. Hasil ubinan pada lahan yang tidak terkenan rob di desa Desa Pesurungan Lor sebesar 7.7 ton GKP per hektar.

"Harus digarisbawahi bahwa lahan salin di Cilacap, Kebumen dan Tegal yang terkena rob selama ini tidak bisa ditanami padi, atau puso bila ditanami padi. Karena itu, produktivitas 'Inpari Unsoed79 Agritan' pada lahan-lahan tersebut sebesar 1.5-2.5 ton GKP per hektar sudah cukup baik," terang Suprayogi.

Sementara di Kabupaten Pemalang, pengembangan padi "Inpari Unsoed79 Agritan" di Desa Nyamplungsari seluas lebih kurang 100 hektar berhasil sangat baik. Pertanaman sempat terkena rob tapi bisa pulih kembali karena tanaman tidak tergenang. Hasil ubinan rata-rata 8 ton GKP per hektar.

Terlepas dari hasil yang berbeda-beda di empat Kabupaten, petani mengakui bahwa varietas  ini bagus penampilan tanamannya dan produksinya tinggi, serta tahan salin. "Hasil uji pengembangan di empat Kabupaten dapat disimpulkan bahwa padi ini disukai petani, toleran salin tapi tidak tahan genangan rob air laut," ungkap Suprayogi.

Hal ini diamini oleh Cokrowolo, Ketua Kelompok Tani Sido Makmur Desa Nyamplungsari yang mengungkapkan hasil panen padi Unsoed 79 di lahan salin desa Nyamplungsari sebanyak 8,7 ton/hektar dan 8,5 ton/hektar untuk lahan padi ubinan. Namun demikian, tidak  semua lahan menghasilkan panen sebanyak itu.

"Hasilnya sudah terbukti meningkat karena hasil sebelumnya rendah. Jangankan 8 ton, untuk mencapai 5 ton susah. Dengan varietas baru ini mudah-mudahan bisa meningkatkan hasil produksi dan taraf ekonomi petani," katanya.

Menurut Cokrowolo, hasil panen padi Unsoed 79 di lahan normal juga tidak kalah dengan padi Ciherang. Kualitas berasnya juga super. Ia berharap padi ini bisa terus dikembangkan karena sudah terbukti hasilnya bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun