Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Jok Bus Berpagar Tali Rafia

12 Juli 2016   04:58 Diperbarui: 12 Juli 2016   12:41 4279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jok bus berpagar tali rafia (foto setiyo)

Hujan deras disertai angin mengguyur terminal Banjar, Jawa Barat, Senin sore (11/7/2016). Saya mengamati deretan bus yang berjajar. Sebagian besar didominasi bus lebaran.

Bus cepat jurusan Jakarta yang saya tunggu datang. E lhadalah kok bus itu sudah penuh. "Naik dari bengkel aja kang. Kalau musim lebaran naik dari sini sulit. Mari saya antar ke sana. Nggak jauh kok," kata tukang becak.

Mendengar kata naik becak, Sita (3 th) riang gembira. Dalam perjalanan sambil dipangku istri saya, Sita terus menyanyi becak istimewa. Sementara adik ipar saya melesat lebih dulu menggunakan ojek.

Sampai di bengkel bus, suasana terminal menyambut kami. Bus yang habis dicuci langsung diserbu penumpang. Pantas saja penumpang di terminal banyak yang tidak kebagian.

Tiba-tiba dua orang lelaki menyapa kami. Setelah mengetahui tujuan kami, mereka menawarkan bantuan mencarikan jok bus. "Pasti dapat lah. Dijamin."

Kami dibawa menuju bus jurusan Kampung Rambutan. Ternyata sampai di dalam bus, saya mendapati jok-jok bus sudah dipagari tali rafia kuning. Setelah kami memilih, tali rafia dibuka. Tentu saja tak gratis, satu jok dipatok sepuluh ribu.

Kata istri saya, ini hal yang biasa saat lebaran. Apa saja bisa dijadikan uang. Bahkan kadang ada yang mematok harga lebih dari sepuluh ribu.

Setelah hampir semua bangku terisi, tiba-tiba ada dua orang berorasi. Intinya karena tempat ini bukan terminal, maka dimohon kesadaran untuk memberi iuran bagi keamanan lingkungan. Satu orang dua ribu saja.

Saat bus hendak berjalan, kondektur memeriksa bus. Ia mendapati tali rafia masih terikat di jok yang belum laku. "Ini apaan pakai dipasang ditali segala," katanya sambil membuka tali rafia.

Begitulah, suasana lebaran membawa rejeki bagi banyak orang. Mungkin ini yang dinamakan ekonomi kreatif. Mumpung lebaran kapan lagi.

Salam Halah

Arus balik, 11/07/2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun