Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tas Perempuan yang Tertinggal di Kereta

20 November 2015   09:27 Diperbarui: 20 November 2015   12:12 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paijo bersiap menunggu kereta terakhir yang akan masuk di jalur dua stasiun Bogor. Wadi, seorang PKD stasiun Bojonggede melaporkan sebuah tas jinjing warna hitam ketinggalan di bagasi gerbong tiga. Pemiliknya perempuan cantik. Menurut pengakuan pemiliknya, tas itu berisi: handphone, dompet, alat kosmetik, dan amplop cokelat berisi uang sepuluh juta rupiah.

"Sepuluh juta?" tanya Paijo heran.

Saat kereta merapat, Paijo bergegas masuk ke gerbong tiga. Patokannya bagasi dekat pintu dua dari depan. Ia tak mau tangan-tangan tak bertanggung jawab mendahuluinya. Paijo bernafas lega saat melihat tas jinjing hitam masih tergeletak di bagasi.

"Ada apa bos?" tanya seorang Walka yang sedang memeriksa rangkaian.

"Ini ada tas ketinggalan. Alhamdulillah masih aman. Kabarnya ada uang sepuluh juta di dalam tas ini."

"Hah... sepuluh juta?"

Di pos pengamanan, Paijo membuka tas itu dengan tangan sedikit gemetar. Walka dan PKD lainnya menyaksikan dengan penasaran. Sebagai petugas keamanan, ia harus bisa menjaga amanah. Walaupun isi tas penumpang yang ketinggalan sangat berharga, ia tak boleh tergoda.

Ketika tas terbuka, Paijo terhenyak. Secara refleks tangannya melemparkan tas itu. Seisi ruangan terkejut dan mundur beberapa langkah. Bunga aneka warna dan daun-daun kamboja berserakan di atas meja.

Paijo bergegas menghubungi Wadi. "Gimana bos, sudah ketemu tasnya?" tanya Wadi.

"Perempuan itu sekarang dimana?" Paijo balik bertanya.

"Masih di pos. Emang kenapa?"

"Tasnya penuh daun dan kembang. Jangan-jangan..."

Wadi melangkah menuju pos keamanan. Ruangan itu sepi. Tak ada siapa-siapa. Perempuan itu entah pergi ke mana.

Bulu kuduk Wadi tiba-tiba berdiri. Hidungnya mencium semerbak wangi kembang melati.

Depok-Cawang, 20 November 2015
Salam Halah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun