Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Misteri Perempuan Bermasker Hijau

14 November 2015   13:55 Diperbarui: 14 November 2015   13:55 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paijo duduk terkantuk saat kereta Commuter Line memasuki stasiun Cawang. Seorang perempuan berambut panjang dan memakai masker hijau terlihat masuk.

Perempuan berbaju putih itu mendekat ke tempat duduk di samping Paijo yang kosong. Sebelum duduk, perempuan itu meletakkan kantong plastik yang ditentengnya ke bagasi. Aroma bakso menusuk hidung Paijo. Seketika Paijo menjadi lapar.

Saat Commuterline mendekati Stasiun Pasar Minggu baru, Paijo merasakan ada cairan menetes membasahi baju. Tees! Warna merah menodai bajunya. Pasti ini saos tomat pikirnya. Tapi aromanya agak aneh. Mungkin saos murahan.

Paijo mengambil tissu di dalam tas dan membersihkan cairan merah di baju. Ia mencolek bahu perempuan yang duduk terkantuk.

"Maaf Mbak, plastiknya bocor. Ini kuah baksonya netesin baju saya," kata Paijo sambil menunjukkan noda di bajunya.

Perempuan itu menoleh. Seketika Paijo terpana. Walau mulut dan hidung tertutup masker, perempuan ini cantik juga, kata Paijo dalam hati. Apakah tumpahan kuah bakso akan menjadi awal perkenalan?

Perempuan itu terus menatapnya. Paijo jadi salah tingkah. Tak ada satu kata keluar dari mulutnya.

Perlahan, tangan perempuan itu membuka masker. Dada Paijo berdegup kencang. Apalagi saat bibir itu mengembangkan senyum. Aroma wangi menyeruak. Hati Paijo berbunga-bunga.

Namun, tiba-tiba senyuman itu berubah menjadi seringai. Di antara deretan gigi nampak sepasang taring yang meneteskan cairan merah darah. Dan... mata perempuan itu seketika menyala.

Jantung Paijo berhenti berdetak. Ia ingin lari namun kakinya terasa tak bertulang. Ia ingin berteriak, tapi ada tangan tak kasat mata membungkam mulutnya.

Sementara kereta terus bergerak merambati malam.

Jumat, 13 November 2015
Salam Halah
Setiyo Bardono

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun