"Kami ingin berkumpul dan ingin mengajak masyarakat Indonesia kembali kepada tradisi pola makan Indonesia yang penuh dengan kebijaksanaan," ujar Lily Tjahyandari.
Dosen ilmu kebudayaan Universitas Indonesia itu menyebutkan, kuliner yang beragam menunjukan tradisi kuliner Indonesia memiliki akar kegotongroyongan yang kuat. "Melalui gerakan Selow Food diharapkan masyarakat dapat menyadari pola makanan yang lebih sehat dan mengajak masyarakat untuk mengembangkan ikatan dengan lingkungan sehingga peka terhadap perkembangan pangan di wilayah kita tinggal," kata Lily.
*Menyatukan Perbedaan*
Manajer Kstaria Nusantara yang juga Pimpinan Pesantren Riyadussalikin,  Pangandaran Jawa Barat, Lutfi Fauzi, mengungkapkan pengemasan kegiatan antara pertandingan sepakbola dan masak adalah acara kreatif yang menarik. Pihaknya tertarik untuk mengikuti pertandingan ini karena memiliki visi. "Tidak hanya bertanding, namun anak-anak saya dari Pangandaran dengan pemain dari Papua atau Depok, sehingga mereka akan terbiasa dengan perbedaan," ungkap Kiyai Lutfi.  Lutfi menambahkan secara santai para pemain muda bisa langsung menghadapi perbedaan. "Ini kegiatan yang luar biasa dan mengena. Menumbuhkan toleransi dan menyatukan perbedaan dengan makan dan  bertanding," tukasnya.
Hadir dalam kesempatan tersebut berbagai komunitas diantaranya Depok Heritage, Karangtaruna Kecamatan Sawangan, Gusdurin Depok, aktivis GP Ansor, Bali Alami, Kuliner Indonesia (Kulin) Lingkar Muda Indoensia, GMKI, Lumbung Kreatif, CEO Uni Papua, Harry Wijaya, tokoh masyarakat Rudi Susilo, Ketua Ponpes Adan undangan lainnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI