Mohon tunggu...
Adi Setiadi
Adi Setiadi Mohon Tunggu... Asisten Peneliti -

Father, Farmer, Forester, and Founder Of Rumah Sehat Impian (Fantastic 4)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sempur Car free Day; Antara Olah Raga dan Wisata

2 Oktober 2014   16:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:40 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lapangan Sempur terletak di sekitar komplek Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor, tepatnya di sisi bagian utara setelah Jalan Si Jalak Harupat. Uniknya posisi lanskap lapangan ini lebih rendah dari jalan raya sehingga apabila sedang diadakan acara-acara tertentu akan jauh lebih jelas terlihat dai atas jalan. Konon katanya lapangan ini dinamai lapangan sempur karena di tempat tersebut kita dapat menemukan  tanaman simpur (Dillenia indica), orang Sunda menyebutnya sempur atau junti dalam bahasa Jawa.

Di hari minggu jika anda memiliki waktu luang silahkan berkunjung ke Lapangan Sempur, karena seperti di kota-kota lainnya terdapat Sempur Car Free Day, yaitu ditutupnya pintu masuk bagi kendaraan bermotor sehingga masyarakat bisa melakukan aktivitas bermanfaat seperti olah raga maupun hanya sekedar jalan kaki. Namun jangan salah memilih olah raga di sana saat hari minggu akan sangat ramai, karena selain banyaknya orang yang berolah raga seperti lari pagi, bela diri lapangan tersebut juga dipenuhi oleh pedagang kaki lima dadakan.

Untuk mengisi tenaga (modal tenaga untuk berkeliling lapangan sempur) saya dan keluarga sarapan di Bubur ayam Kabita, terletak di Jalan Gunung Batu seberang Pasar Gunung Batu. Konon katanya warung bubur ini berdiri sejak tahun 1971. Satu porsinya 10 ribu rupiah, juga tersedia soto ayam, lumayan lezat dan banyak juga. Tidak seperti bubur ayam jakarta atau madura yang terkenal gurih, bubur ini lebih terasa rempahnya, khususnya kapulaga.

Dari awal pintu masuk kawasan car free day berjajar berbagai macam pedagang makanan. Tempat parkir kendaraan pengunjung ditempatkan di jalan ahmad yani sebelah kanan SMP Regina Pacis. Ada penjual makanan berat untuk sarapan seperti burger, bakso soto, ketoprak atau bubur ayam, ada juga cemilan khas dan unik, seperti cirung alias cireng digulung. Sesuai dengan namanya adonan cireng kental dipanaskan di penggorengan kemudian digulung dan ditambahkan bumbu perasa. Ada juga ketan bakar dan kue cubit (kue manis gurih khas Jakarta seperti kue dorayaki tapi ukurannya lebih kecil, diatasnya biasanya ditaburi meses cokelat).

Rangi atau kelapa yang ditambahkan tepung sagu kemudian dimasak seperti bandros, bagian atasnya dilumuri gula merah juga ada disana. Getuk (terbuat dari singkong rebus yang diadon dengan gula merah kemudian bagian atasnya ditaburi dengan parutan kelapa), gemblong (campuran tepung ketan putih dan kelapa yang digoreng kemudian dilumuri dengan gula merah), cilok atau aci dicolok dengan sambal kacangnya yang pedas, kue cincin (terbuat dari tepung beras dan kelapa serta gula merah, bentuknya sama seperti donat), tahu sumedang dan lain-lain.

Ada yang membuat saya terkaget-kaget, HANTU SIANG BOLONG !!! Siang hari menampakan diri. Di depan hantu itu tersedia kardus yang telah penuh terisi uang dan bertuliskan " sekali foto Rp. 2.000,00. :D

Bagi pengunjung yang ingin minuman segar bisa membeli minuman khas seperti es cincau atau es goyang. Sayangnya masih sedikit yang menjual buah lokal atau olahannya, yang saya amati hanya buah strawberi yang dijual di sana.

Setelah puas dengan jalan-jalan di lapangan sempur jangan lewatkan melihat rusa di istana Bogor. konon jumlahnya kini sudah mencapai 800an. Rusa dengan ciri khas totol putih di tubuhnya tersebut menjadi ikon Istana Bogor. Menurut petugas yang berjaga di sana rusa tersebut telah ada sejak tahun 1808 dibawa oleh Gubernur Jenderal Belanda dari Nepal. Rusa tersebut sengaja didatangkan untuk menghias halaman Istana Bogor yang dulunya merupakan tempat peristirahatan 38 Gubernur Jenderal Belanda. Kita hanya bisa melihatnya dari luar pagar istana. Ada beberapa pedagang yang menjual kangkung dan wortel bagi pengunjung yang ingin memberi makan rusa.

Sedang asik-asiknya melihat rusa saya dikejutkan oleh penjual minuman tradisional Lahang. Lahang adalah minuman khas sunda yang terbuat dari nira sadapan pohon aren. Bagian yang disadap adalah bunga jantannya. Rasanya manis dan segar, konon katanya bila terfermentasi air nira tersebut akan berubah menjadi minuman tuak manis. Bila berminat satu gelas harganya 2 ribu rupiah. Tersedia pula andong yang siap mengantarkan anda berkeliling kebun raya tarifnya pun relatif murah hanya 25 ribu rupiah untuk satu keluarga. Bagi and yang ingin berlibur dan menikmati akhir pekan silahkan berkunjung ke Sempur Car Free Day.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun