Mohon tunggu...
Raudhah
Raudhah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Setetes Eunoia

Senang menulis dan jalan-jalan. Baca juga!

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Catatan Lama untuk Kamu yang Sedang Menentukan Pilihan

16 September 2021   10:59 Diperbarui: 17 September 2021   14:11 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Furkan Dere dari Pixabay

Sering kita bertanya-tanya, apa susahnya untuk menjatuhkan pilihan diantara banyaknya ikan dilautan.

Apa salahnya kalau kita tunjuk satu diantaranya, lalu kita bawa pulang untuk kemudian kita nikmati bersama keluarga di rumah.

Simpel. Mudah. Beres.

Begitu juga dengan pakaian.

Apa yang membuat kita masuk-keluar-masuk butik, menjelajahi tiap sudut pasar yang gerah dan berjubel, hingga stalkin' toko-toko online langganan hanya untuk lembaran kain yang sebenarnya saat kita pakai pun, siapa yang benar-benar peduli dengan perjuangan di balik sesuatu yang kita kenakan.

Apa yang membuat 'menjatuhkan pilihan di antara opsi yang ruah' itu jadi demikian berseni?

Yah, karena sebenarnya hidup adalah pilihan. Dan kehidupan adalah sesuatu yang sakral.

Your choice upon anything around you, it seems like you choose your life.

Secara naluriah, kita hanya akan mendekati dan mencoba memiliki sesuatu yang memang kita inginkan. 

Bagaimana kita tahu kalau kita menginginkan sesuatu? 

Sekali lagi, secara naluriah yang kita sendiri pun seringkali tidak menyadarinya. 

Tergantung pada kondisi psikis, lingkungan, pengalaman masa lalu, hingga visi masa depan dan sejenisnya yang pastinya bagi tiap individu tidak sama. 

Walaupun ada perbedaan antara keinginan dan kebutuhan, di dunia yang makin konsumtif ini hanya orang yang berusaha untuk bijak saja pada umumnya yang dapat membedakannya. 

Bagaimana bisa suatu hal yang bagi orang lain tidak ada istimewanya, bisa menjadi begitu menarik di mata kita. 

Hanya kita yang mengerti, kalau kita mencoba untuk memahaminya.

Gambar oleh Arek Socha dari Pixabay
Gambar oleh Arek Socha dari Pixabay
Begitu pula dalam memilih pasangan hidup.

Ayolah, untuk memilih bedak apa yang mau dibeli pun, sebagian perempuan kadang merasa perlu cari review kesana kemari, entah dari beauty vlogger ataupun artikel-artikel yang bertebaran di media. 

Untuk menentukan merk gadget yang akan di-update juga, sampai bertanya dan menganalisa hingga ke ujung dunia. 

Katanya takut kecewa, kalau sebelum membeli kurang referensi sehingga mungkin bisa jadi tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. 

Apalagi demi memilah dan memilih siapakah orang yang sanggup berjuang bersama, sehidup semati (duile..) untuk mewujudkan visi dan misi bersama hingga ajal menjemput. Jodoh memang di tangan Tuhan. 

Tapi katanya pula, kalau tidak segera di usahakan, nanti yang lain bisa saja mengambilnya dari tangan-Nya. Katanya di tikung.

Padahal, tahu jodohnya siapa saja tidak. 

Kalau memang ditikung anggap saja itu bukan jodohnya.

Kita semua tahu, hidup, mati, rezeki, dan jodoh semuanya telah jelas termaktub di lauh mahfudz. 

Gambar oleh olcay ertem dari Pixabay
Gambar oleh olcay ertem dari Pixabay

Tapi betapa seringnya kita lebih memikirkan persoalan jodoh ketimbang kematian, padahal dua-duanya sama-sama hanya Allah yang tahu. 

Lagi-lagi, hidup adalah pilihan. 

Banyak yang lebih memilih untuk lebih banyak memikirkan nasib perjodohnya - nanti sama si dia atau tidak, anak mana, bagaimana keturunannya, dan sebagainya.- dibanding nasib kematiannya yang justru jauh lebih riil. 

Orang pasti akan mati, entah sudah bertemu jodohnya atau belum di dunia ini. 

Jarang kita temukan orang bergumam, nanti mau mati dimana, sebanyak apa amal yang menjadi bekal kemudian, sudah amal jariyah apa saja, mau mewariskan apa sebelum meninggal, mau di kenang sebagai orang yang bagaimana saat meninggal nanti, dan seterusnya.


Karena, persoalan jodoh memang jauh lebih menarik untuk di perbincangkan dibanding masalah kematian. 

Ia melibatkan perasaan, interaksi antar dua, tiga, banyak manusia dalam hubungan yang tidak main-main. Persoalan manusiawi sosial memang lebih gurih dibahas, dibandingkan tetang kematian yang terkesan 'suram'.

Kalau ada sekelompok yang membicarakan tentang orang yang disukai, gebetan, mantan, dan sejenisnya, sebenarnya ada kepuasan psikis yang tersirat saat kita berada dalam fase yang sesuai dengan kelompok tersebut. 

Bagi orang-orang yang telah cukup masanya untuk menjalin hubungan dengan seseorang secara serius, mau tidak mau ia akan berusaha mencari, mempertanyakan, dan mengeksplorasi, siapakah sang right itu. 

Ia akan antusias dengan percakapan-percakapan sejenis diatas karena memang itulah masanya ia dalam proses pencarian. 

Ia akan mudah terangsang hasrat keingintahuannya terhadap lawan jenis, khususnya 'dia' yang menarik perhatiannya.


Namun sebenarnya, masa-masa ini biasanya usia aktif yang sangat disayangkan apabila tidak di maksimalkan untuk menggali potensi dan meraup prestasi.

 dari Pixabay
 dari Pixabay

Mumpung masih muda. Mumpung masih sendiri. Mumpung masih banyak peluang-peluang yang bisa di ambil. 

Sayang sekali, dimana kita memiliki power yang ekstra untuk beraktifitas dan bergerak menebar manfaat, kita justru terkukung atas pemikiran dan khayalan mengenai 'siapa jodohku' nanti.

Lagi-lagi, hidup adalah pilihan. 

Apapun yang dipilihkan Allah untuk kita, insya Allah itu yang terbaik. 

Apapun itu. Termasuk dalam hal jodoh. 

Tidak perlu kita cari kemana-mana, stalkin' sana-sini, bongkar buku-buku agenda alumni, dan sebagainya untuk mencari 'dimana jodohku'. 

Kita tau, jodoh di tangan Tuhan. 

Maka, mintalah baik-baik kepada Sang Pemilik jodoh'mu'. 

Mintalah dengan segala kerendahan hati kepada Sang Pemilik dan Pembolak-balik hati. 

Haraplah keridhoan-Nya atas segala yang kita lakukan di bumi-Nya.

Gambar oleh Furkan Dere dari Pixabay
Gambar oleh Furkan Dere dari Pixabay
Nanti, pada waktunya, jika Ia menganggap kita telah pantas untuk hidup di dunia dengan berjuang bersama 'sang belahan jiwa', bersama berikhtiyar dalam meraih kebaikan di dunia hingga akhirat, menjadi sesosok yang saling mengingatkan dalam kebaikan dan siap membentuk keluarga Islami untuk kemajuan peradaban Islam, maka Allah akan anugrahkan kepada kita, Insya Allah, pasangan dari tulang rusuk kita yang tak sempurna. Untuk saling melengkapi, memaknai hidup bersama, liilah. 

Nanti, pada saatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun