Mohon tunggu...
Garudha W.A.S
Garudha W.A.S Mohon Tunggu... -

Keterasingan adalah hotel bagi pikiran-pikiran liar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Adnan, Penjual Lahang yang Masih Eksis

6 Januari 2017   16:56 Diperbarui: 6 Januari 2017   21:10 2464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu, terik matahari sedang tak bersahabat. Panasnya menembus hingga celah-celah kain yang menutupi kulit. Debu-debu beterbangan terbawa angin. Riuh gaduh suara orang dan mesin sahut menyahut dari Pasar Cicalengka, Kabupaten Bandung. Bisingnya suara kendaraan yang ada di Cicalengka menambah siang itu menjadi sedikit penat. Namun, hal itu tak menghalangi niat Adnan (63) untuk menjual lahang-nya.

Ayah dari enam anak asal Kampung Babakan Peuteuy, Desa Babakan Peuteuy, Kecamatan Cicalengka tersebut, selama ini memang menggantungkan hidupnya dari berjualan lahang. Ia merupakan satu-satunya penjual lahang yang masih bertahan hingga saat ini di Cicalengka. Hampir 50 tahun Adnan menjalani profesi itu. Adnan menjalani profesi itu dimulai sejak remaja hingga saat ini di mana usianya memasuki senja. Pekerjaan menjual lahang memang menjadi profesi tetapnya. Adna hanya lulusan dari Sekolah Rakyat (SR) dan tidak memiliki keahlian lainnya lagi. 

Setiap hari Adnan selalu memanggul bambu sepanjang 1,5 meter yang berisikan lahang. Tangannya juga menenteng ember berisikan air sebagai tempat gelasnya. Ia mulai menjajakan lahangnya mulai pukul 08.00 hingga sore hari. Keahlian memanjat pohon menjadi keahlian khususnya. Apalagi ia sangat mahir dalam memanjat pohon kelapa ataupun pohon aren tanpa menggunakan pengaman apa pun saat mengambil lahang.

"Dari kecil memang suka manjat pohon. Terus kan memang dulu suka ambilin kelapa buat masak Ibu saya pas saya kecil," ujar Adnan saat menjual lahangnya kepada warga di wilayah Cicalengka beberapa waktu lalu.

Lahang yang ia jual, adalah lahang dari sari pohon aren asli tanpa campuran. Lahang tersebut adalah lahang yang ia ambil langsung dari kebun pohon aren milik orang lain. Pasalnya, Adnan memang tak memiliki kebun pohon aren sendiri. Maka dari itu, hasil untuk penjualan lahangnya ia bagi dengan pemilik kebun pohon kelapa tersebut. Ia mengambil lahang di 5 kebun aren berbeda milik orang lain.

Satu gelas air lahang, Adnan hanya membandrol harga Rp3.000,00. Setiap harinya ia bahkan bisa menjual lahang 40 liter hingga 50 liter. Satu liter air lahang bisa dijadikan untuk 4 gelas. "Alhamdulillah, biasanya suka habis. Saya jualan tiap hari kok kalau emang lahangnya keluar. Bisa jual 40 liter sampai 50 liter. Kalau habis saya pulang lagi ambil lahang terus dijual lagi. Hari ini saja sudah 2 bambu (20 liter)," kata dia.

Menurut suami Juju (50) tersebut, selain berjualan lahang, ia juga menjual gula merah. Gula merah tersebut merupakan olahan lahang yang ia panen saat sore harinya. Lahang yang ia panen sore hari akan basi jika dijual pada pagi harinya. "Jadi dua kali panennya setiap hari. Kalau yang pagi dijual langsung lahangnya. Nah yang sore dijadiin gula merah. Soalnya kalau lama atau enggak direbus dulu pasti basi," kata dia.

Adnan mengaku, menjual lahang justru lebih menguntungkan daripada menjual gula merah. Pasalnya, penjual gula merah sudah sangat marak di Cicalengka. Bahkan, warga lebih tertarik untuk membeli lahang, karena rasanya yang manis dan juga dingin, walau tanpa dicampur es.

Selain itu, kata dia, lahang juga memiliki khasiat yang bagus untuk kesehatan manusia. Salah satunya, bisa menjadi obat panas dalam dan bagus untuk diminum oleh ibu hamil. Karena lahang dipercaya memiliki khasiat membersihkan kulit cabang bayi semasa di dalam kandungan.

Belum lagi jika lahang tersebut diolah menjadi gula merah. Adnan harus mengeluarkan biaya produksi untuk pengolahan lahang tersebut menjadi bulatan-bulatan gula merah. "Kalau gula merah biayanya jadi dua kali lipat, belum lagi harus beli kayu bakar buat ngolahnya. Kalau lahang kan panen dari pohon langsung bisa dijual," katanya.

Dengan profesinya itu, Adnan justru dapat menyekolahkan enam anaknya hingga ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). "Alhamdulillah anak-anak bisa sekolah semua, walaupun saya cuma jualan ini (lahang)," kata dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun