AHOK adalah Ahok. Ia tidak pernah mau menjadi orang lain. Sikap keras dan tegasnya. Bicaranya yang tak mengenal kompromi. Itulah Ahok. Kalau dia mengubah dirinya menjadi seperti apa yang diinginkan orang lain. Ia tiba-tiba menjadi santun kemayu bin loyo dalam berkata dan lesuh dalam bertindak, maka dia bukan lagi Ahok.
Dia akan bertukar diri laiknya robot yang dikendalikan orang lain. Ini jelas-jelas bukan Ahok, dan saya yakin ia tidak akan menjadikan dirinya bukan dirinya lagi. Dia akan tetap seperti itu dan terus seperti itu. Itu nilai jual dia, dan warga Jakarta menyukai gaya itu.Â
Ahok memahami betul pelajaran orang bijak berikut ini, "Seorang raja membangun negerinya dengan keadilan, tetapi dengan suap orang akan meruntuhkannya."Â Dalam hal ini, selama kepemimpinan Ahok, semua tudingan luarbiasa yang mengarah ke dirinya sanggup ditepis dengan baik, dan ia selalu lolos dari tuduhan-tuduhan tidak berdasar.
Orang-orang di sekitar dia, sampai ke ujung ruang DPRD yang penuh akal bulus dan tipu muslihat satu persatu mulai masuk jeruji besi. Mereka menyuap. Mereka memasang perangkap. Mereka juga korupsi.
Ahok paham betul menjalani kehidupan dan mejalankan pemerintahan haruslah seiring, seia, sekata. Menjalani kehidupan yang jujur dan bersih, maka ia juga harus menjadi pemimpin warga yang bertindak jujur dan bersih.
Kehidupan ini adalah ibarrat sekolah, ada ujian-ujiannya. Bedanya adalah, di sekolah kita sudah dikasih tau besok itu mau ujian apa, tidak demikian dengan ujian kehidupan. Kita sama sekali nggak tahu ujian apa yang akan kita lakoni besok hari. Yang jelas kita harus terus menerus berlatih dan mempersiapkan diri.Â
Jalur yang Dipilih Ahok
Kenapa Ahok tidak jadi menggunakan jalur independen padahal 1 juta dukungan KTP sudah ada di tangannya? Ahok tentu sudah berhitung dengan cermat dan matang. Bisa saja dia ikut jalur independen, banyak rintangan memang tapi ada kemungkinan 80% dia sudah pasti menang. Ahok bisa jadi pahlawan di Indonesia, membungkam kehebatan parpol-parpol yang selama ini malang melintang di jagad perpolitikan tanah air.
Ahok akhirnya menyadari bahwa cara itu keliru, parpol bukan untuk 'dibunuh' tetapi dibentuk, dimodernkan, dibina, diperbaiki dan dikoreksi. Pilar demokrasi kita salah satunya adalah parpol, karena itu parpol itu harus dikoreksi bukan dengan menikam dan menghabisinya. Jadi sudah betul bila akhirnya Ahok memilih jalur parpol.
Sekarang tinggal bagaimana mendayagunakan dukungan parpol dan memberdayakan semangat para relawan untuk memenangkan pertarungan melawan semua mereka yang berteriak-teriak dengan kerasnya, Asal Bukan Ahok... Sekarang saatnya untuk membuktikan bahwa jalur apapun yang dipilih, bila yang digaungkan adalah semangat membangun dengan cara-cara bijaksana dan adil maka saatnya akan tiba. Terpilih kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Mari kita tunggu saja, siapa petarung sejati dan siapa pecundang yang hanya tergiur tawaran segepok uang, atau tergiur bujuk rayu para penilep uang rakyat. Â
Wasalam..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H