[caption caption="Pandangan dari perahu"][/caption]
Kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau (tahun 1883), muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per bulan. Penyebab tingginya gunung itu dikarenakan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut. Bagaimana bisa mencapai Anak Krakatau dan bagaimana keindahan dari puncak Anak Krakatau? Simak perjalanan liburan saya, suami dan kedua buah hati kami mendaki Anak Gunung Krakatau yang begitu mempesona.
Untuk menuju Anak Gunung Krakatau bisa ditempuh melalui Anyer ataupun Lampung. Berhubung anak-anak belum pernah naik kapal ferry maka perjalanan kami mulai dari pelabuhan Merak menuju Pulau Sumatera melalui pelabuhan Bakauheni.
19 Juli 2015. Setelah dua hari bersantai-santai di kawasan Kalianda - Lampung, hari ini kami bertemu dengan rombongan trip di dermaga Canti. Tepat pukul 07.00 WIB, +/- 50 orang bertolak dari dermaga dengan menggunakan 2 buah kapal motor. Tujuan pertama adalah Pulau Sebuku Kecil. Keindahan pasirnya yang putih bersih dan garis pantainya yang landai dengan air lautnya jernih berwarna hijau kebiruan menjadi daya tarik pulau ini. Pulau ini cocok untuk sekedar santai menikmati panorama laut atau berenang tak jauh dari garis pantai.
[caption caption="Pasir nan putih"]
Setelah puas bermain pasir, berenang dan berfoto, kami lanjutkan perjalanan menuju Pulau Sebuku Besar untuk ber-snorkeling ria. Pengalaman snorkeling pertama untuk si kakak. “Wow keren pemandangan bawah lautnya…ikan-ikan dan terumbu karangnya juga berwarna warni…cantik banget mah” katanya begitu exciting… Setelah hampir 1 jam snorkeling, kami kembali ke kapal untuk menuju Pulau Sebesi.
Pulau Sebesi merupakan daratan yang paling dekat dengan Gugusan Krakatau Salah satu pulau besar yang berada di selat sunda ini turut menjadi saksi kedahsyatan letusan besar Krakatau tahun 1883. Pulau ini berpenghuni sekitar 2000 penduduk memiliki luas sekitar 16. Kami menginap di sebuah bangunan yang memiliki 12 kamar yang setiap kamarnya dapat diisi 8-10 orang. Listrik di pulau ini hanya bisa digunakan pukul 18.00 – 24.00. Jadi pastikan Anda membawa kabel roll bila tidak ingin rebutan untuk nge-charge berbagai gadget selama menginap di Pulau Sebesi. Sesampainya di pulau ini, makan siang pun telah tersedia. Selesai makan siang, kami istirahatkan sejenak tubuh kami sambil berbincang satu dengan yang lain.
[caption caption="Pasir menghampar"]
Sekitar pukul 15.30 kami lanjutkan perjalanan kami menuju Pulau Umang-umang. Hanya ditempuh sekitar 15 menit dari Pulau Sebesi. Pulau Umang-umang menawarkan pemandangan mempesona dengan karakteristik pantai berpasir putih namun tidak lebar dengan banyak batu karang besar. Sebagian area pantai pun terdiri dari serpihan karang. Disini untuk pertama kalinya pula anak-anak menaiki perahu kano.. Kami habiskan waktu hingga menunggu senja di pulau ini. Saat matahari mulai terbenam, kami istirahat kembali di Pulau Sebesi.
20 Juli 2015. Hari kedua untuk mendaki gunung. Waktu baru menunjukkan pukul 04.00 WIB. Kami beranjak ke dermaga untuk menuju Anak Gunung Krakatau. Udara dingin dan tingginya gelombang laut tak menyurutkan semangat kami menyambut sang mentari pagi. Setelah hampir 2 jam di atas kapal, tibalah kami di Cagar Alam Krakatau.
[caption caption="Pemandangan nan memukau"]
Tanpa menunggu waktu lama, pendakian kami mulai. Saya, suami dan kedua buah hati kami memasuki kawasan hutan lindung dan terus berjalan menapaki jalan berbatu. Baru sepertiga jalan, mata kami dimanjakan oleh pemandangan yang begitu indah. Tak kalah dengan apa yang kami lihat saat di Gunung Bromo. Perjalanan kami lanjutkan. Sekitar 45 menit, akhirnya kami tiba di puncak Anak Gunung Krakatau. Lelah yang kami rasakan terbayar dengan keindahan yang begitu memukau. Super sekali!!! Puas rasanya bisa naik sampai puncak, berfoto bersama keluarga tercinta.