Diplomasi Publik merupakan usaha suatu negara untuk mewujudkan suatu tujuan dengan melakukan penyebaran informasi, pengaruh, pemahaman bahkan budaya negara tersebut kepada khalayak asing. Tentunya dalam hal ini, negara yang melakukan diplomasi publik menginginkan adanya kepentingan yang tercapai dan juga menciptakan hubungan baik dengan negara asing lainnya.Â
Pada dasarnya, setiap negara memiliki pengertian yang berbeda tentang Diplomasi Publik. Begitu pula dengan usaha dalam meningkatkannya, setiap negara menggunakan cara yang berbeda agar informasi yang dapat disampaikan dapat diterima dan menarik opini publik.Â
Dahulu, diplomasi publik dilakukan antar pejabat yang berkepentingan. Perilaku komunikasi dan negosiasinya juga dilakukan secara private dan tertutup sehingga penyampaiannya kepada publik terbilang sangat rendah.Â
Baca juga: Eksistensi "Korean Wave" dalam Membuka Jendela Hubungan Diplomatik Indonesia-Korea Selatan
Namun saat ini, diplomasi publik dikemas lebih modern dengan public to public dan dalam bentuk yang tidak resmi. Dialog yang berlangsung juga lama dan menghasilkan timbal balik antar publik. Sekarang, para selebriti atau orang yang tidak ada hubungannya dengan pemerintah juga bisa ikut menjadi tokoh diplomasi publik.Â
Media global saat ini dan jangkauan global selebriti dapat mengangkat seseorang yang tidak memiliki pendidikan elit formal dalam kebijakan luar negeri ke platform yang dapat menjangkau lebih banyak publik global daripada menteri luar negeri atau sebagian besar kepala negara (McPhail, 2014, hal. 70).
Sebagai contohnya adalah K-Pop atau Korean Popular. Siapa yang tidak mengenal K-pop? K-Pop merupakan genre musik yang saat ini sedang booming dan menjadi salah satu bentuk Korea Selatan dalam melakukan diplomasi publik ke negara-negara asing, khususnya Indonesia. Di sini, Korea Selatan menunjukan keunggulannya dalam prestasi dibidang seni terutama genre lagu pop.Â
Bisa dilihat bahwa bentuk diplomasi publik yang dilakukan oleh Korea Selatan terbilang berhasil dan menarik. Di mana K-Pop dapat memberikan pengaruh besar kepada anak muda yang berasal dari luar Korea Selatan untuk lebih mengenal dan mengetahui budaya yang ada di sana. Kesuksesan ini juga dapat dilihat di Indonesia, terdapat 'demam K-pop' sehingga beberapa e-commers dan labels iklan menjadikan bintang K-Pop brand ambassador untuk menarik minat pembeli.Â
Baca juga: Korean Wave atau Hallyu, Sebuah Penetrasi Budaya Didukung Teknologi atau Sebaliknya?
Bahkan setelah pertemuan tersebut, salah satu member Super Junior, Choi Siwon saling melemparkan pujian di platform Twitter dengan Presiden Joko Widodo. Dalam berita tersebut, dijelaskan bahwa Korea Selatan memperlakukan industri K-Pop sebagai industri yang benar-benar dilindungi.Â
Korea Selatan sangat memperhatikan keperluan bidang ini dengan mulai membuat festifal besar hingga mempelajari teknologi hologram. Hal ini dilakukan untuk menaikan ketenaran industri hiburan yang menjadi keunggulannya.Â
Baca juga: Bisnis Merchandise sebagai Peluang Ekonomi Para K-popers di Tengah Fenomena Korean Wave
Sejatinya, K-Pop benar-benar dijadikan alat diplomasi. Seringkali K-pop dimasukan ke dalam unsur politik seperti pertemuan-pertemuan yang melibatkan Korea Selatan dengan negara asing. Group seperti Red Velvet, EXO, Super Junior, BTS dan lainnya seringkali mengisi acara dalam konverensi yang terlaksana. Tak heran, selebriti yang berasal dari Korea Selatan semakin terkenal dan diminati banyak anak muda di berbagai penjuru dunia.Â
Upaya-upaya yang dilakukan Korea Selatan ini mampu meningkatkan persepsi publik asing tentang kebijakan negaranya. Publik menjadi tahu tentang apa kebudayaan, makanan, industri hiburan serta teknologi yang sudah berkembang pesat di Korea Selatan.Â
Tentunya, itu menjadi keuntungan bagi Korea Selatan untuk membentuk image yang baik bagi negaranya dan juga meningkatkan perekonomian lewat industri hiburan.Â
Dari sini, kita dapat melihat bahwa diplomasi publik bisa dibawakan dengan santai dan jauh dari kata formal. Pendekatan public to public bisa dikatakan lebih efektif dan tepat sasaran ketimbang goverment to public karena publik akan menerima informasi dan pengaruhnya secara langsung.
Referensi :
- Damarjati, D. (2018, September 13). Diplomasi Suju ke Jokowi dan Catatan Politik K-Pop.News.detik.com.
- McPhail, T. (2014). Global communication: Theories, stakeholders, and trends (4th ed.). West Sussex, UK : Wiley Blackwell.Â
- Trisni, S. dkk. (2012). Pencapaian Kepentingan Korea Selatan melalui Diplomasi Politik Korean Wave. Jurnal Global&Strategis (2), Hal. 131-142. Diakses dari file:///C:/Users/Hp/Downloads/8269-36229-3-PB.pdfÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H