Batanghari adalah sungai terpanjang di pulau Sumatera sekitar 800 km. Mata airnya berasal dari Gunung Rasan (2585 Mdpl), dan yang menjadi hulu dari Batanghari ini adalah sampai kepada Danau Di Atas Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. selanjutnya mengalir ke selatan sampai ke daerah Sungai Pagu, sebelum berbelok ke arah timur. Aliran dari sungai ini melalui beberapa daerah yang ada di provinsi Sumatera Barat dan provinsi Jambi, seperti Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Batanghari, Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebelum lepas ke perairan timur sumatera dekat Muara Sabak.Pada sungai Batanghari ini ada banyak sungai lain yang bermuara padanya di antaranya Batang Sangir, Batang Merangin, Batang Tebo, Batang Tembesi, dll. Sistem aliran sungai ini membawa banyak deposit emas, sehingga muncul nama legendaris Swarnadwipa "pulau emas" yang diberikan dalam bahasa Sanskerta bagi Pulau Sumatera.
Menurut catatan sejarah, sungai Batanghari memiliki peranan penting bagi peradaban dan kehidupan masyarakat disekitarnya pada masa lampau, sejarah juga mencatat bahwa pada Batanghari inilah pernah muncul suatu Kerajaan Melayu yang cukup disegani, yang kekuasaannya meliputi pulau Sumatera sampai ke Semenanjung Malaya. Dan juga dahulunya sejak abad ke-7 sehiliran Batanghari ini sudah menjadi titik perdagangan penting bagi beberapa kerajaan yang pernah muncul di pulau Sumatera seperti Sriwijaya dan Dharmasraya.
Sepertinya tulisan diatas terlalu serius ya..yuk lanjut cerita pengalaman saya menelusuri sungai batanghari...
Perjalanan ini kami lakukan lima tahun lalu tepatnya pada tahun 2011 dimulai dari kawasan wisata Tanggo Rajo (Ancol) Kota Jambi sampai ke Kampung Laut Tanjung Jabung Timur, pada kegiatan kali ini diikuti oleh para mahasiswa sejarah yang merupakan utusan dari beberapa perguruan tinggi/univeritas ternama di Sumatera. tujuan dari perjalanan ini adalah untuk mengetahui lebih dekat tentang potensi pariwisata jambi, sejarah jambi & kondisi kehidupan disekitar sungai Batanghari dari masa ke masa.
Pagi itu sekitar pukul 08:00 WIB semua peserta berkumpul di kawasan wisata tanggo rajo, semua terlihat antusias dengan wajah gembira karena akan merasakan sesuatu pengalaman baru, terdengar instruksi untuk naik ke kapal yang akan membawa kami untuk menjelajahi sungai Batanghari , kapal berukuran cukup besar dengan kondisi baik
Dimulai dengan menyeberang ke kawasan Seberang Kota Jambi, kami disambut dengan kompangan salah satu tradisi lokal untuk menyambut kedatangan tamu yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat setempat, sesampai di kawasan seberang selanjutnya mengunjungi sentra pembuatan Batik Jambi dan melihat proses pembuatan perahu tradisional
Kemudian perjalanan dilanjutkan..setelah meninggalkan seberang kota jambi lebih kurang 1,5 jam, perahu kami bersandar di dermaga tepatnya di Desa Muaro Jambi, para peserta diajak untuk mengunjungi dan mengenal lebih dekat Kawasan Candi Muaro Jambi yang merupakan kawasan candi terluas di Asia Tenggara dan salah satu destinasi unggulan Pariwisata Jambi, para peserta dijadwalkan menginap di rumah penduduk/homestay yang terdapat di kawasan candi muaro jambi dan pada malam harinya dilakukan focus group discussion (FGD) tentang sejarah jambi dan khususnya kawasan Candi Muaro JambiÂ
Pagi setelah sarapan dan bersiap-siap, para peserta berpamitan dengan pemilik homestay selanjutnya menuju dermaga, perjalanan pun dilanjutkan...di sekitar sungai batanghari saat itu tampak pemukiman penduduk dan juga beberapa perusahaan/pabrik, selama perjalanan tampak sebagian masyarakat masih menggunakan sungai batanghari untuk keperluan MCK, yang muncul dipikiran saya saat itu apakah beberapa pabrik juga membuang limbahnya ke sungai batanghari? hmm...semoga saja tidak (lanjut ya..gak usah dibahas)
Hari semakin sore dan perjalanan terus berlanjut saya mencoba untuk naik ke atas kapal, walaupun sudah terasa panas dan gosong tapi who cares saya sangat menikmati perjalanan ini. Matahari mulai redup di ufuk barat di kiri dan kanan sudah mulai terdengar nyanyian alam oup oup..cuit cuit cuit..krik krik krik..tetapi tidak terdengar bunyi AUUMMM haha...Â
Baca juga : Pesona Danau Gunung Tujuh (Danau tertinggi di  Asia Tenggara)Â
Kapal kembali berlabuh di dermaga, kami berhenti untuk berisitirahat di komplek makam Orang Kayo Hitam, kedatangan kami disambut oleh salah seorang masyarakat yang merupakan juru kunci makam tersebut. Orang Kayo Hitam merupakan salah seorang raja Jambi keturunan raja Datuk Paduko Berhalo, yang di makamkan di pesisir sungai batanghari, tidak jauh dari komplek pemakaman tersebut terdapat sebuah makam putri Julan yang merupakan wanita keturunan tionghoa, dan menurut cerita yang kami peroleh dari juru kunci bahwa kematian putri julan disebabkan bunuh diri dikarenakan hubungan percintaannya tidak direstui oleh keluarga (mungkin ini kisah nyata bukan seperti di sinetron)
Setelah mendengar cerita panjang tentang sejarah Orang Kayo Hitam kami berpamitan untuk melanjutkan perjalanan, hari sudah mulai gelap...semua peserta menaiki kapal, kebanyakan dari peserta sudah terlihat capek dan beristirahat sesuai dengan PW (posisi wueeenak) nya masing-masing, begitu juga saya yang tidak mau melewatkan kesempatan berharga ini, dan.....saya pun tertidur di dalam lambung kapal dengan kondisi lambung saya yang kekenyangan setelah menikmati hangatnya mie rebus buatan koki kapal  yang baik hati haha...ZzZzzZZzZzz..... (catatan : gak pake ngorok)
Didalam tidur samar-samar terdengar suara nyanyian..ingin sekali rasanya bangun untuk mencari sumber suara itu, didalam keadaan setengah sadar saya merasa dilema karena harus memilih antara tidur dan bangun haha.., akhirnya dengan suatu gerakan cepat ala bruce lee saya bergerak bangun dan langsung berdiri hiyaaaa..eittsss!!, saya berjalan pelan-pelan sambil menyelinap untuk mengintip sumber suara itu, alangkah terkejutnya! dari sebuah jendela kapal yang kecil terlihat orang-orang berkumpul dan bernyanyi diatas mulut kapal, sungguh suasana yang WOW bernyanyi bersama di iringi gitar, gendang dan hempasan air yang menghantam dinding kapal, di terangi oleh rembulan dan bintang-bintang sebagai pencahayaan, dan..akhirnya saya memutuskan untuk bergabung dan ikut bernyanyi (maaf kalo narasi dan kalimatnya agak lebay, supaya gak bosan haha..)
Kira-kira jam 01:00 WIB (pagi) kapal kembali bersandar dan ternyata kami telah sampai di tujuan yaitu kampung laut, kedatangan kami disambut hangat oleh masyarakat dan selanjutnya menuju sebuah balai desa untuk ramah tamah. Setelah ramah tamah kami dianjurkan untuk beristirahat di beberapa rumah penduduk (jika tidak istirahat kemungkinan besar akan timbul korban haha..)
Pukul 05:00 WIB (pagi) semua peserta kembali berkumpul untuk bersiap-siap menuju beting, beting adalah pulau atau daratan di tengah laut yang terbentuk karena surutnya air laut, untuk menuju beting diperlukan waktu lebih kurang 1 jam perjalanan menggunakan boat/perahu lokal dari kampung laut.
Ada apa di beting? di beting terdapat populasi sumbun (kerang bambu) yang katanya populasinya hanya ada 2 di dunia yaitu di Kampung Laut dan di China (sampai saat ini informasi ini belum jelas kebenarannya). bagi masyarakat setempat..sumbun atau kerang bambu merupakan salah satu makanan favorit dan direkomendasikan bagi pecinta sea food. untuk berburu sumbun peralatan yang dipakai adalah bambu kecil yang diisi dengan kapur ditambah dengan sebuah stik/kayu kecil, untuk memancing sumbun stik yang sudah di oleskan kapur di celupkan kedalam lobang yang merupakan sarang/rumah sumbun, setelah di celupkan tunggu beberapa saat dan taraaaaa...kemudian sumbun akan keluar dengan sendirinya karena mabook akibat efek kapur tersebut.Â
Selain berburu sumbun di beting kita juga bisa melakukan atraksi meluncur di atas lumpur seperti layaknya surfing dengan menggunakan papan khusus yang dibuat oleh masyarakat setempat yang bentuknya juga mirip dengan papan surfing (jujur..saya lebih menikmati atraksi ini ketimbang nyari sumbunnya haha..)
Tak terasa sudah 2 jam kami di beting/pulau, saatnya segera kembali ke kampung laut karena jika terlalu lama maka air laut akan mulai naik/pasang. Sesampai di kampung laut kami menyerahkan hasil perburuan sumbun ke masyarakat untuk dimasak sebagai menu makan siang. Sambil menunggu makan siang kami menyempatkan untuk berkunjung ke perkampungan suku Duano (suku laut) yang berprofesi sebagai nelayan, mereka asal /keturunan Sulawesi Selatan yang sudah lama bermukim di Kampung Laut. di perkampungan suku Duano kami mendengarkan cerita tentang tradisi kehidupan mereka yang banyak dihabiskan untuk melaut
Setelah makan siang kami berpamitan kepada masyarakat setempat untuk kembali ke Kota Jambi. Perjalanan dari kampung laut ke Kota jambi dibutuhkan waktu yang sama lebih kurang 6 jam dengan menggunakan kapal berkecepatan rendah, didalam perjalanan kami menyempatkan untuk berhenti di pelabuhan Kota Sabak untuk beristirahat, makan, minum dan membeli tambahan bekal (cigarretes is my priority)
Bagi saya pribadi perjalanan ini sungguh pengalaman yang menyenangkan karena ini adalah pengalaman pertama menelusuri sungai karena saya adalah orang pegunungan haha...
Banyak pengalaman yang bisa didapat dari perjalanan ini, kagum akan banyak potensi pariwisata yang bisa di kembangkan di Provinsi Jambi baik itu wisata alam, sejarah, budaya dan kearifan lokal lainnya
Sekian dulu guys, terima kasih sudah menyempatkan waktunya untuk berbagi pengalaman, harapan saya semoga tulisan ini  bermanfaat bagi semua orang, Amin...Â
Artikel + Foto, selengkapnya di :
https://sesdeseharja.blogspot.com/2016/10/menjelajah-aliran-sungai-batanghari.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H