Film 13 Bom di Jakarta adalah sebuah film laga mata-mata Indonesia tahun 2023 yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko dan ditulis olehnya bersama M. Irfan Ramli.
Pemeran film ini adalah Chicco Kurniawan sebagai Oscar, Ardhito Pramono sebagai William, Lutesha sebagai Agnes, Rio Dewanto sebagai Arok, Putri Ayudya sebagai Karin, Ganindra Bimo sebagai Emil, Niken Anjani sebagai Gita, Rukman Rosadi sebagai Damaskus, Muhammad Khan sebagai Waluyo, Andri Mashadi sebagai Fajar, dan Aksara Dena sebagai Malik.
Film 13 Bom di Jakarta menceritakan tentang teror sekumpulan teroris yang ingin menyerang Jakarta, ibukota Indonesia. Serangan 13 Bom ini akan menghancurkan kota dan menimbulkan banyak korban jiwa yang tak terhitung jumlahnya.
Badan Intelijen Negara (BIN) mendapatkan kabar tentang rencana bom tersebut, dan mereka langsung bertindak dengan membuat tim agen rahasia. Tim agen rahasia tersebut dipimpin oleh Emil (Ganindra Bimo), seorang agen BIN yang berpengalaman.
Banyak orang yang mati kelaparan karena dimiskinkan secara sistemik malam ini akan menjadi mimpi buruk bagi kekuasaan dan akhir dari sistem yang korup kita harus membalasnya dua kali lebih daripada itu.
Harus diakui film garapan sutradara Angga Dwimas Sasongko yang sebelumnya dikenal dengan Filosofi Kopi (2015) hingga Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (2020), menjadi film laga Indonesia dengan intensitas tinggi. Ritme dan ketegangan berhasil dibangun dari awal film.
Predikat film laga yang tersemat pada 13 Bom di Jakarta juga didukung oleh visual efek dan score musik yang disusun secara apik, membangun kesan elegan dalam film ini. Performa Rio Dewanto yang sebelumnya juga berkolaborasi dengan Angga Dwimas Sasongko di Filosofi Kopi, terlihat sangat menonjol sebagai Gani. Begitu pula dengan koreo aksi pertarungan, tembak-tembakan, hingga kejar-kejaran mobil yang berhasil dieksekusi dengan baik.
Hanya saja, harus diakui beberapa narasi dalam film terkesan mengada-ada dan berujung konyol, khususnya bagi penonton yang berusaha mencerna film dengan rasional dan masuk akal. Beberapa adegan terkesan dipaksakan, hanya untuk mendukung intensitas aksi dalam film.
Misalnya, ketika duo founder Indodax yang justru memilih untuk kabur dari badan antiterorisme dan berusaha mengungkap sendiri jaringan teroris Gani. Terkesan mengada-ada, dua warga sipil yang tidak memiliki pasukan, justru menolak berkolaborasi dengan aparat yang memiliki sumber daya lebih dalam penegakan hukum.
Lalu ketika keduanya berusaha mencari jalur internet aman, justru memilih warnet umum. Padahal ahli komputer yang bisa menghentikan coding malaware seperti di akhir film, seharusnya tidak perlu susah-susah mencari jaringan aman berujung pada tempat umum.
Begitu pula ketika Agnes (Lutesha Sadhewa) mencari jalur aman untuk menghubungi agen Karin (Putri Ayudya) jalur aman untuk menelepon polisi? bukannya hanya tinggal ke kantor polisi untuk menghubungi aparat, justru memilih membeli telepon dari bandar gelap. Adegan yang menunjukkan inkompetensi kepolisian juga membuat penonton hanya bisa geleng-geleng kepala, sambil menikmati adegan laga dalam film.
Perlu diingat pula, meski film ini diklaim terinspirasi dari kejadian nyata, bukan berarti apa yang terjadi dalam film pernah terjadi di dunia nyata. Angga Dwimas Sasongko mengakui bahwa film ini terinspirasi dari teror bom Alam Sutera, dengan pelaku, Leopard Wisnu Kumala yang meminta tebusan 100 bitcoin.
Leopard sendiri ialah lone wolf atau teroris yang bergerak sendiri, meminta tebusan untuk melunasi utangnya, dan tidak bekerja terorganisir seperti Gani. Bom yang diledakannya juga di toilet mal, bukan bursa, kereta mrt, apalagi bandara seperti dalam film.
Sinopsis Film 13 Bom di Jakarta
Film ini menceritakan tentang ancaman dari sekelompok teroris yang hendak melancarkan serangannya dengan menaruh 13 bom yang tersebar di seluruh Jakarta. Badan Intelijen dan agen rahasia pun diutus untuk melakukan upaya investigasi teror tersebut hingga akhirnya menyeret Oscar dan William yang diduga terlibat.
Situasi semakin rumit saat muncul kecurigaan adanya penyusup di dalam tim mereka. Di samping itu, pemimpin kelompok teroris bernama Arok terus menebarkan teror dengan meledakkan bom setiap delapan jam sekali. Satu-satunya cara untuk menghentikan serangan teror ini adalah dengan menyerahkan uang berjumlah miliaran rupiah dalam bentuk bitcoin kepada Arok atau keselamatan seluruh warga Jakarta akan terancam.
Di tengah kondisi itu, Arok (Rio Dewanto) sebagai pemimpin teroris justru semakin gencar dan tak ragu untuk melancarkan aksi mencekamnya. Ia mulai meledakkan bom di setiap titik dalam rentang waktu delapan jam.
Arahan Arok itu membuat grup terorisme bertindak semakin canggih dengan melakukan peretasan hingga melumpuhkan sistem keamanan dari ICTA. Pihak ICTA pun menduga kuat adanya penyusup dan pengkhianat yang terlibat di dalam tim.
Film 13 Bom di Jakarta merupakan hasil produksi Visinema yang diklaim sebagai film aksi Indonesia terbesar di tahun ini lewat adegan aksi tembak menembak dan kejar-kejaran mobil yang digarap dengan skala produksi besar.
Visinema mengatakan kisah 13 Bom di Jakarta terinspsirasi dari kisah nyata peristiwa pengeboman sebuah pusat perbelanjaan di Tangerang, Banten, pada 2015.
Daftar Pemain Film 13 Bom di Jakarta
- Chicco Kurniawan sebagai Oscar
- Ardhito Pramono sebagai William
- Lutesha sebagai Agnes
- Rio Dewanto sebagai Arok
- Putri Ayudya sebagai Karin
- Ganindra Bimo sebagai Emil
- Niken Anjani sebagai Gita
- Rukman Rosadi debagai Damaskus
- Muhammad Khan sebagai Waluyo
- Andri Mashadi sebagai Fajar
- Aksara Dena sebagai Malik
Dalam trailer film 13 Bom di Jakarta terlihat aksi penembakan, penyelamatan masyarakat, keadaan kota yang mulai hancur, dan situasi tegang dalam menyelesaikan kasus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H