Mohon tunggu...
SERVULUS Bobo Riti
SERVULUS Bobo Riti Mohon Tunggu... -

Dilahirkan dan dibesarkan di Loura Sumba NTT dari Ayah yang berprofesi Guru di daerah terpencil, Markus Malo (RIP) dan Ibu yang bekerja sebagai petani, Emelia KM. Sedari kecil terbiasa bekerja di kebun hingga keluar dari Pulau Sumba 1989 menuju Mataram, selanjutnya pindah Kupang hingga 2005. Mulai "mencari makan" di Jakarta pada tahun 2005. Di antara waktu yang diberikan Sang Khalik, membaca dan membaca selalu menemani harinya. Apa adanya. Berdoa dan berharap, suatu hari kembali ke Pulau Sumba, untuk ikut meneteskan keringat dalam membangun negeri tersebut...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lonceng Kematian Parpol Besar

12 Juli 2012   07:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:02 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JOKOWI-A HOK...Dua nama tersebut merupakan anak kandung Rahim Indonesia. Keduanya, yang sama sekali tidak diperhitungkan, karena dianggap tidak apa-apanya dan tidak ada apa-apanya, akhirnya memenangkan kepercayaan pemilih terbesar dalam Pemilukada DKI, 12 Juli 2012. Siapa yang tidak menganggap mereka? Tentu saja para aktor yang terlembaga melalui Parpol Besar. Mereka, para aktor tersebut, menjadikan DKI sebagai arena untuk menguji atau menakar keberhasilannya menuju Pilpres 2014 nanti.

Saya tidak ingin banyak bahas atau bicara, apalagi ngawur bilang "oh, itu karena libur, jadi kalah" tetapi yang pasti bahwa pendekatan yang terlalu sok mendewakan parpol, uang dan figur, dalam praktek pencapaian posisi kursi kepemimpinan di level kabupaten hingga negara di negeri ini, tidak lagi menjadi kekuatan yang menjanjikan. Kota Kupang telah membuktikannya, bahwa Calon Indepen yang menyerupai cara berkampanye dan kefiguran Jokowi-A Hok, menerima mandat dari pemili dengan kemenangan mutlak pada PilKot Kupang bulan Juni lalu.

Pemilih tidak hanya mulai rasional atas nama hatin nurani (subjektif) tetapi menerima pemberian berupa sembako atau apapun bentuknya, telah menjadi paradoks bagi mereka yang hanya mengandalkan adagium "hayo, kita beli mereka, setelah itu kita rampok mereka." Kalau demikian, hasil Pilkada DKI kemarin, 12 Juli 2012, sesungguhnya merupakan Lonceng Kematian bagi Parpol Besar. Salam Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun