Mohon tunggu...
Servatius Nayaka Adyandaru
Servatius Nayaka Adyandaru Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

Seminaris tingkat 1 di Seminari Santo Petrus Canisius Mertoyudan hobi : membaca komik, novel, dan sejarah menonton serial tv dan film mendengarkan musik bermain game khususnya game RPG (cerita) kepribadian : pemaaf, sedikit susah mengontrol emosi topik pembicaraan kesukaan : film, musik, dan game

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pengalaman Menjadi Seminaris

2 Oktober 2024   09:27 Diperbarui: 2 Oktober 2024   09:34 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Hallo, nama saya Servatius Nayaka Adyandaru. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya menjadi seminaris di Seminari Santo Petrus Canisius, Mertoyudan. Saya masuk ke seminari pada hari Minggu, 21 Juli 2024. Saat itu saya dihantar oleh keluarga saya dari Jakarta menuju ke Magelang menggunakan mobil. Saat itu saya merasa sedih karena ditinggalkan oleh keluarga saya di seminari ini, namun saya harus kuat karena ini adalah pilihan dan jalan panggilan saya. Saat itu saya merasa sangat sedih, namun perasaan itu saya tahan. Beberapa jam setelah keluarga saya pergi saya akhirnya menangis di kamar mandi. Kami di sini memulai perjalanan menjadi seminaris ini dimulai dengan KPP (Kelas Persiapan Pertama). Banyak keluh kesah yang dialami, mulai dari kerinduan pada orang tua, dan keluarga, belum beradaptasi dengan lingkungan dan kegiatan yang dilakukan, dan pastinya teman-teman yang baru. Saya sendiri cukup sulit memiliki teman di seminari ini, namun setelah beberapa minggu saya pun dapat beradaptasi dan berteman. 

           Kami pun juga menjalani masa isolasi 40 hari tanpa gadget, internet dan dunia luar. Setelah 40 hari akan ada acara yaitu HOT ( Hari Orang Tua), acara tersebut adalah saat kami dapat bertemu kembali dengan orang tua kami semua setelah masa karantina 40 hari. Pada acara HOT hampir semua teman-teman saya menangis, termasuk saya. Kami menangis bahagia karena rindu yang tertahan ini telah terpuaskan. Acara HOT ini berlangsung dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00. Hari itu berjalan dengan sangat cepat karena pada hari itu kami sedang bahagia. Pukul 16.00 pun tiba dan keluarga kami pun harus pulang. Saya pada saat itu kembali menangis karena ditinggal kembali, namun hal itu dapat teratasi karena kami diperbolehkan untuk  membuka dan menggunakan fasilitas berupa komputer dan kami sudah diperbolehkan untuk melakukan ambulasi. Ambulasi adalah kegiatan keluar dari Seminari untuk sekedar berjalan-jalan atau untuk membeli kebutuhan dan makanan. Kegiatan ini menjadi sarana kami semua untuk merilekskan pikiran dari segala tugas dan kewajiban yang kami punya. 

           Saya awalnya merasa "kenapa saya ingin menjadi seminaris?" Tapi setelah beberapa bulan menjadi seminaris saya merasa bersyukur dapat menjadi seminaris. Itu karena menjadi seminaris saya dapat memperoleh banyak hal yang mungkin tidak akan pernah saya dapatkan jika saya tidak menjadi seminaris. Saya bisa mendapatkan berbagai macam pengalaman baru dan menarik, contohnya adalah saya bisa belajar bermain alat musik tradisional yaitu gamelan, saya bisa mendapat pelajaran akting, dan banyak pelajaran rohani dan pengalaman rohani yang saya terima di sini. Hal-hal tersebut membuat saya menjadi bersemangat untuk mengetahui apa hal lain yang saya bisa dapatkan di Seminari ini. Walaupun memang ada beberapa keluh kesah yang saya rasakan, namun saya mensyukuri kenyataan bahwa Tuhan memanggil saya dan saya menjawabnya dengan masuk ke Seminari ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun