Mohon tunggu...
Servatius Adven
Servatius Adven Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

SMA

Selanjutnya

Tutup

Film

Perbedaan Bukan Menjadi Halangan

17 Maret 2022   20:04 Diperbarui: 17 Maret 2022   20:57 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Identitas film:

Sutradara: Hanung Bramantyo

Produser  : Celerina Judisari

Penulis     : Titien Wattimena

Pemeran:

  • Reza Rahardian
  • Revalina S. Temat
  • Agus Kuncoro
  • Endhita
  • Rio Dewanto
  • Hengky Solaiman
  • Edmay
  • Glenn Fredly
  • David Chalik
  • Deddy Sutomo

Musik                    : Tya Subiakto

Sinematografi   : Yadi Sugandi

Penyunting        : Satrio Budiono & Saft Daultsyah

Distributor         : Dapur film&Mahaka Pictures

Tanggal rilis      : 7 April 2011

Durasi                   : 100 menit

Sinopsis:

Kisah ini bercerita tentang perbedaan agama antara Muslim, Katolik dan Buddha. Bukan hanya agama, Film ini menceritakan tentang perbedaan etnis juga antara Jawa dengan Tionghoa. Berawal dari adanya penusukan seorang Pastor di salah satu gereja. Pelaku lari bersama temannya dengan motor. Hal ini memicu konflik dan permusuhan diantara umat beragama. Koh Sun sebagai pemilik kedai Chinese Food memiliki seorang anak bernama Hendra. Hendra adalah orang yang cukup berandal. 

Dia sering melawan orangtua nya dan tidak peduli dengan urusan kedai. Kedai ini terkadang sepi lantaran banyak perspektif dari orang yang mengatakan bahwa makanan yang dijual termasuk alat-alat nya pun tidak halal. Padahal peralatan nya di bedakan antara memasak babi dengan memasak makanan yang halal. Koh Sun merupakan seorang Buddha yang taat, bahkan saat sakit dirinya masih tetap berdoa dan mengunjungi Klenteng.

Koh Sun mempunyai pegawai bernama Menuk. Menuk merupakan seorang wanita Muslim yang menjadi tulang punggung bagi keluarga nya. Suaminya yaitu Soleh, tidak mempunyai pekerjaan dan menganggur. Mereka sering bertengkar hingga Soleh meminta untuk bercerai. Soleh merasa bersalah tidak bisa menjadi suami yang baik dan selalu merepotkan dirinya. Sedih mendengar perkataan itu, Menuk masuk ke kedai dan menangis. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Disaat itulah Rika datang untuk menenangkannya. Rika ini seorang Janda yang memiliki seoarang anak bernama Abi. Dulu Rika adalah muslim, namun karena perceraiannya Ia memilih agama Katolik. Ketika mau menjadi Katolik dia sudah mendapatkan banyak cemooh dari orang lain. Walaupun begitu, dia tak peduli. Justru dia sering membantu Surya mendapatkan pekerjaan salah satunya menawarkan peran menjadi Yesus saat paskah dan natal. Surya adalah orang yang membela Rika dan menerima apapun keputusan dirinya.  

Hendra memiliki dendam terhadap Soleh. Mereka terlibat perkelahian ketika misa paskah sedang berlangsung. Ternyata Hendra dan Menuk dulu pernah berpacaran, tapi karena perbedaan agama, Menuk akhirnya memilih Soleh. Inilah mengapa Hendra selalu kesal terhadap Soleh, begitupun sebaliknya. 

Pada hari lebaran ke 2, Hendra menyuruh seluruh karyawan untuk masuk termasuk Menuk. Soleh pun bertanya "kenapa Menuk harus masuk pada hari itu?", Menuk menjawab bahwa dirinya disuruh Koh Sun untuk masuk. Menuk kembali bekerja, kemudian Koh Sun datang dan menyuruh untuk pulang. Hendra menahan bapaknya tersebut untuk tidak menutup kedainya itu.

Tiba-tiba Soleh datang dan  menghancurkan kedai itu, sekejap kaca pecah dan toko tersebut dibuat lulu lantah.  Koh Sun yang mencoba menenangkan situasi malah terkena gebukan kayu oleh Soleh. Sayang sekali Koh Sun meninggal beberapa saat setelah kejadian itu. Hendra pun bertobat dan mulai membangun ulang kedai itu kembali. Menuk akhirnya kembali bekerja pada kedai itu setelah beberapa bulan mengundurkan diri.

Malam Natal datang, Soleh bekerja menjadi Banser NU dan menjaga keamanan gereja tersebut. Menuk pun ada disitu, sibuk mengurusi perlengkapan konsumsi.

Soleh yang bertugas dibagian samping gereja masuk kedalam gereja untuk sekedar menonton drama Natal. Temannya memanggil dan menyuruhnya kembali berjaga. 

Sebelum keluar dia melihat ada kotak dibawah kursi umat. Terkejutlah dia saat melihat bahwa isinya adalah bom. Soleh sempat ragu, apakah dia harus menyingkirkan bom itu atau tidak. 

Dia teringat akan Menuk dan kelurganya tersebut, kemudian dia teringat kembali akan perkataan salah seorang Banser NU yang berkata "Kita orang Muslim menolak pandangan seperti itu (radikalisme)." Soleh pun berlari membawa bom itu keluar, lalu memeluknya. Meledaklah bom tersebut dan jasad Soleh pun tidak tersisa.

Tokoh Soleh dalam film ? (tanda tanya) sebenarnya adalah Riyanto salah seorang Banser NU yang tewas akibat bom pada malam Natal. Film ini ternyata diambil dari kisah nyata. Peristiwa tersebut terjadi pada 24 Desember 2000 dan lokasi nya di Mojokerto.

Penggambaran tokoh dalam film ini cukup detail dan masing-masing punya ciri khas nya. Pemerannya sangat menghayati tokohnya jadi perasaaan yang keluar lebih natural dan tidak dibuat-buat. Hanung Bramantyo selaku sutradara dan produser berhasil menjalankan tugasnya dengan baik. Dia juga sangat berpengalaman dalam pembuatan film, terutama film bertema religi dan sejarah (based on true story). Tidak heran banyak karya film nya  yang terkenal seperti Bumi Manusia, Rudy Habibie, Ayat-ayat Cinta,dll.

Alurnya campuran maju dan mundur, namun tidak membuat saya kebingungan ketika menontonnya. Pemilihan latar juga cukup baik dan tidak monoton, karena tempatnya berbeda-beda. Suasana nya dapet sekali bahkan membuat saya hampir menangis, karena terharu saat terjadi pengeboman. Kesel dan marah juga melihat Hendra yang tidak mau mendegarkan orangtuanya. Penokohan nya merata, jadi semua nya mendapatkan peran yang seimbang sehingga lebih hidup dan variatif.

Sebenarnya film ini menurut saya sangat berbeda dari yang lain dan sarat akan makna. Tapi karena pembuatan film yang sudah lama membuat grafik/tampilan nya jelek dan kurang jelas. Saya masih memaklumi, karena memang di tahun itu teknologi belum secanggih sekarang. Selanjutnya  di awal juga diperlihatkan ada darah yang seharusnya disensor sehingga lebih ramah untuk anak-anak.

Menurut saya, film ini ditujukan untuk anak usia 12+ dan tidak disarankan untuk anak-anak. Banyak adegan kekerasan yang tidak boleh ditonton anak-anak, karena nanti anak-anak akan terbiasa dengan budaya kekerasan seperti itu. Jadi, perlu sekali dampingan orang tua untuk mengawasi anak nya.

Banyak sekali pesan penting didalamnya diantaranya film ini mengajarkan kita semua untuk memiliki sikap toleransi yang tinggi. Sikap toleransi bukan cuma dikatakan dalam ucapan saja, tapi juga aksi nyata. Soleh yang awalnya benci terhadap Hendra dan etnisnya serta Katolik bisa berubah. Dirinya malah menjadi seorang pahlawan atas keberanian dan kerelaan nya berkorban demi menyelamatkan umat yang berada di Gereja. Jika dia tidak ada rasa toleransi yang tinggi dan niat pasti dia akan memilih untuk menyelamatkan dirinya sendiri.  

Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan, tapi akan selalu ada kesempatan untuk berbuat baik dan bertobat. Semua agama mengajarkan hal yang baik, kita bebas memilihnya sesuai kata hati dan iman. Kedamaian dan keberagaman itu indah, gak ada gunanya lagi untuk bertengkar.  

Sekian resensi saya terhadap film ? (tanda tanya). Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam pengejaan dan kata-kata yang kurang dipahami. Resensi ini saya tulis berdasarkan subjektifitas saya semata, silahkan menonton Filmnya jika anda tertarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun