Dari dalam gelap kau bertanya kepadaku yang sudah tersadar sebelum alarm di HP-ku berbunyi nyaring (namanya juga subuh): kau mau pulang? Adikku harus bekerja. Kujawab kau sekenanya. Kau pasti sangat mengerti maksudku. Karena setelah aku memberi jawaban yang tak sesuai pertanyaan, kau langsung menghilang. Selalu seperti itu. Kau muncul, bertanya, dan menghilang. Sedang aku bertanya-tanya siapa kau sebenarnya.
Mungkin kau malaikat pelindung. Mungkin kau mimpi malam yang membenci subuh. Mungkin kau gadis yang ingin kupacari. Mungkin kau kunang-kunang yang menjadi kancing bajuku. Mungkin kau hantu yang tak ingin disebut hantu.
Bagaimanapun aku tak peduli. Hujan selalu datang malam hari dan meninggalkan dinginnya di badan subuh. Aku yang enggan bangun saat udara dingin, bersyukur dibangunkan olehmu.
Lain kali aku ingin mengajakmu berkencan. Semoga kau perempuan. Sehingga kita bisa jalan-jalan seperti berpacaran. Semoga kau malaikat. Sehingga aku bisa menitipkan doaku kepada Tuhan. Semoga kau mimpi. Sehingga aku bisa terus melarikan diri dari kenyataan pahit. Semoga kau kunang-kunang. Sehingga aku bisa memahami pentingnya terang sekecil apapun.
Adikku terlelap di belakangku. Dan kau melihat kami berlalu, tanpa aku tahu. Aku tak tahu?
Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H