Di meja kerja saya ada sebuah kalender meja yang setiap hari berisi kutipan mutiara yang seringkali thought-provoking. Hari ini, misalnya, ia berbunyi demikian:
"Nothing is more dangerous than an idea, when a man has only one idea" (Alain)
Penulisnya si Alain memang tidak pernah terdengar namanya, tapi apa yang ia tulis membuat saya berpikir bahwa betapa berarti hidup seseorang jika ia mengisinya dengan mengejar sebuah ide. Benar, satu ide saja!
Karena orang tersebut bukan saja mengejar ide tersebut sampai ia menguasainya. Namun bahkan ide tersebut menguasai dia, lalu menular bagai epidemi, menguasai orang lain. Bahkan ada orang yang bahkan masih mempengaruhi orang lain meski ia sudah ada di liang kubur. Hidup orang demikian menjadi berarti, bahkan berbahaya!
A man (or a woman) of one idea, tentu bisa jadi orang yang berbahaya secara negatif. Semua tiran kelas dunia (Hitler, Stalin, Pol Pot, dst.) punya satu ide yang grand dalam hidup mereka, yang lalu menular bagai virus ganas secara global ke seluruh pelosok dunia modern.
Namun jangan lupa, seseorang dengan satu ide juga bisa menjadi orang yang berbahaya dalam arti positif. Martin Luther King, Jr. menginvestasikan seluruh hidupnya untuk 1 ide: menghapus diskriminasi terhadap Afro-American dengan damai tanpa kejahatan. Sampai hari ini, orang di Amerika masih mengenangnya pada hari Martin Luther King, Jr.
Bob Pierce memiliki satu ide mewujudkan dunia dimana tidak ada lagi kelaparan, penyakit, dan nihilnya pengharapan. Dengan segala tenaga, ia mencoba merealisasikan itu meski ia tahu bahwa dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa ini, tidak mungkin itu tercapai secara tuntas. Hari ini apa yang menjadi idenya berkembang menjadi "the world's largest Christian international relief and development agency", yaitu World Vision.
Mahatma Gandhi, Ibu Teresa, Nelson Mandela, Thomas Edison, Adolf Hitler, Albert Einstein, Sigmund Freud, Karl Marx, Jim Jones, Lee Iococca, Steve Jobs, dst...dst... serta ribuan pahlawan dan bandit yg kita tidak kenal (unsung heroes and villains) dalam sejarah dunia memiliki pola yang sama: hidup dengan satu ide.
"This one thing I do", demikian tulis rasul Paulus, dan ia menjadi change agent yg efektif di abad-abad pertama dalam perjalanan misinya.
Apa ada benang merah dari semua orang diatas? Ada, mereka dianggap berbahaya oleh rejim yang merasa terganggu oleh ide mereka. Ingin menjadi orang berbahaya tentu ada harganya. Ada yang disalah mengerti, dijauhi, dihianati, dimusuhi. Ada juga yang dicaci maki, dipenjara, dipukuli, bahkan sampai mati. Pendek kata, sengsara.
Sayangnya, banyak orang tidak mau menjadi orang yang berbahaya. Ada banyak alasan. Pertama, mungkin ia yg tidak menyadari ide/ visi apa yang ia miliki dalam hidupnya. Kedua, mungkin ia tahu dan sadar apa ide/visinya, namun tidak berani menghidupinya dengan radikal atau lebih tertarik dengan tawaran 1001 macam ide lainnya yg lebih pragmatis, materialis, dan manis. Terlalu banyak yang memilih hidup berdasarkan UUD (Ujung-ujungnya Duit). Hidupnya terlalu remeh untuk dianggap berbahaya.
Merenungkan semua hal diatas, saya jadi berpikir, kalau kita tidak jadi orang yang berbahaya bagi orang lain, mungkin hidup kita sudah masuk dalam bahaya. Bahaya karena berarti hidup ini menjadi sembarangan dan tidak berarti. An unexamined life is not worth living, demikian kata Socrates.
Perenungan diatas mau tidak mau menggiring saya pada hipotesa sementara sebagai berikut: Kalau Anda bukan seorang yang berbahaya, hidup Anda mungkin sedang berada dalam bahaya. Yaitu, bahaya menjadikan hidup Anda sia-sia! Anda hidup merealisasikan mimpi orang lain, tak berdaya apa-apa ketika disetir dan digerakkan oleh ekpektasi lingkungan di sekitar Anda.
Tentu ada perkecualian dalam hipotesa diatas. Hipotesa tersebut tidak berlaku bagi orang gila. Karena secara natur, orang gila itu sudah berbahaya, terlepas dia punya 1 ide atau 1001 ide.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H