Mohon tunggu...
FERRY GUNAWAN
FERRY GUNAWAN Mohon Tunggu... -

blogger di serumenyala.blogspot.com kontak: serumenyala@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Airlangga Hartarto dan Gerakan Politik Pembaruan

3 April 2016   19:14 Diperbarui: 3 April 2016   19:21 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Iklim politik di Indonesia kian tidak menentu.Bukan hanya perihal suasana ‘gerah’ karena kegaduan internal beberapa partai politik (parpol), pelbagai isu terkait ego sektoral, penyalahgunaan kewenangan, konflik kepentingan, hingga praktik korupsi yang kian masif. Hal ini memicu ketidakpercayaan publik pada kinerja parpol. Terlebih pada kinerja kadernya.

Pun tak terkecuali dari partai Golongan Karya (Golkar). Partai Golkar sebagai salah satu partai terbesar di Indonesia sedang membutuhkan sosok pemimpin idaman. Mengerti ke arah mana parpol akan dibawa, maksimaliasi peran kader di pusat maupun di daerah,  hingga tujuan strategis dalam pemilu mendatang. Airlangga Hartarto hadir untuk menjawab pelbagai tantangan di atas.

Menyimak dari pernyataannya di media, kehadiran Airlaangga Hartarto dalam bursa pemilihan pemimpin partai Golkar layak diapresiasi. Salah satu pernyataan beliau yang menurut saya layak mendapatkan perhatian adalah perihal upaya untuk memaksimalkan rekrutmen kader yang berkesinambungan dan regenerasi yang alamiah. Selain itu dalam upayanya menjalankan fungsi strategis dalam peta politik mendatang, Airlangga Hartarto menyakini bahwa partai Golkar harus memiliki fungsi komunikasi politik yang efektif sehingga kejayaan partai bisa kembali. Lantas mengapa harus Airlangga Hartarto?

Akomodatif

Dalam upaya menuju kemajuan berasama, fungsi parpol harus dikembalikan seperti semula. Sudah selayaknya parpol menjadi corong aspirasi rakyatnya baik di pusat maupun di daerah. Hal ini merupakan salah satu tugas yang diemban Airlangga Hartarto kala mencalonkan dirinya pada bursa pemilihan. Jika parpol harus akomodatif terhadap kepentingan kadernya, maka seorang pemimpin parpol harus menjawabnya dengan beberapa program penguatan kader, tidak terlibat dalam aksi kegaduhan dalam konflik kepentingan, termasuk bersiap turun langsung ke daerah untuk melakukan konsolidasi program bukan hanya untuk penggalangan dukungan an sich.

Lebih jauh, elektabilitas seorang calon pemimpin parpol harusnya terlah tecermin dengan lugas melalui upayanya mendapatkan dukungan dari daerah. Dan Airlangga Hartarto telah selangkah lebih maju dengan memeroleh ‘restu’. Menarik untuk menyimak langkah mendasar apa yang patut dicermati dari sosok Airlangga Hartarto.

Pertama, gerakan politiknya berdasarkan pada pembaruan. Ini menarik karena selama ini masyarakat sudah dibuat jenuh dengan kinerja parpol yang pada akhirnya membuat elektabilitas calon independen merangkak naik. Pembaruan akan menjawab pertanyaan publik selama ini.

Pembaruan harus ditanamkan kepada seluruh kadernya melalui program-program pembinaan kader, misalnya. Selama ini iklim politik dianggap telah mengalami kemunduran karena tidak tercipta tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Dan parpol yang menjadi episentrum aspirasi yang seharusnya melayani justru masih dianggap bermental minta dilayani (patrimonial). Dengan pengalaman yang dimilikinya, Airlangga Hartarto akan mampu membawa pembaruan yang berarti yang telah tecermin dalam program kampanyenya selama ini.

Kuat

Poin kedua mengapa Airlangga Hartarto layak memimpin Golkar adalah kuat. Dengan dukungan dari daerah dan basis massa yang tak sedikit, Airlangga Hartarto akan mampu mengembalikan kejayaan partai Golkar. Golkar selama ini dikenal dengan parpol yang memiliki basis massa yang beragam dan tidak sedikit. Melalui peningkatan serta penguatan program-program kaderisasi di daerah, kembalinya kekuatan Golkar hanya perkara waktu saja.

Parpol sebagai sebuah lembaga dengan manusia sebagai sumber daya primernya, penguatan kader merupakan isu sentral. Seringkali parpol terjebak dengan pilihan dilematis terkait kadernya. Konsolidasi kekuatan antarkader juga penting untuk meminimalisasi terbentuknya kubu di dalam kubu. Karena apapun bisa terjadi di ranah politik.

Melalui bukunya yang menarik, The Righteous Mind: Why Good People Are Divided By Politics and Religion (2013), Jonathan Haidt menuturkan bahwa moralitas itu membutakan. Dan manusia lebih peduli dan berusaha untuk terlihat baik daripada berlaku baik. Ini yang akhirnya membuat banyak parpol yang menjadi korban perundungan (bullying) akibat ulah kadernya. Maka, penguatan kader menjadi penting untuk digagas oleh Airlangga Hartarto.

Aspiratif

Terakhir yang membuat kehadiran Airlangga Hartarto menjadi pembeda adalah keyakinan terhadap aspirasi kader. Sudah selayaknya sebuah parpol menjalankan fungsi aspirartif dengan baik. Aspirasi merupakan awal dari terbentuknya tata kelola pemerintahan yang baik. Lebih jauh, aspirasi merupakan sarana primer penguatan kader.Parpol seharusnya memang hadir sebagai upaya untuk ‘mendengar’ lebih banyak dari kadernya. Berawal dari mendengarkan, maka parpol akan mampu memahami cara paling tepat untuk melakukan konsolidasi terkait program pemenangan pemilu, misalnya.

Memimpin adalah perihal seni. Seni dalam mencapai tujuan bersama. Memimpin juga memerlukan kearifan. Yang selama ini kita lihat dan baca perihal kegaduhan politik nasional adalah ekses dari arogansi segelintir pihak. Parpol menjadi kehilangan jati dirinya. Ekses yang lebih mengkhawatirkan adalah sikap apatis rakyat terhadap parpol.

Maka kehadiran Airlangga Hartarto dengan tiga upayanya yang solutif layak diapresiasi. Selamat berkarya menyelamatkan Golkar. #SaveGolkar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun