Mohon tunggu...
Erfano Nalakiano
Erfano Nalakiano Mohon Tunggu... -

Erfano Nalakiano adalah nama pena dari guru yang berdedikasi di Sekolah Alam Bogor. Menulis, membaca dan bernyanyi adalah bagian hidupnya yang tak bisa terpisahkan!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

.:Kotak Ajaib Itu Bernama Televisi:.

1 November 2009   13:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:28 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Acara di televisi memang menyihir jutaan orang di dunia. Banyak sekali acara televisi yang digulirkan. Mulai dari acara yang berhati mulia hingga acara yang berhati srigala. Namun tetap saja keduanya berjalan beriringan.

Satu dekade ini, acara di televisi di Indonesia di dominasi sinetron (sinema elektronik). Ratusan dan mungkin sudah ribuan sinetron diproduksi. Jika dulu sinetron ditayangkan sebulan sekali (jaman TVRI), lalu menjadi seminggu sekali, lalu menjadi 5 X dalam seminggu. Kini, sinetron ditayangkan setiap hari.

Selain sinetron. quiz-quiz di era tahun 2000-an laris manis. Keragaman acara quiz membuat kita dapat berlama-lama memelototi kotak ajaib. Quiz berlalu! Era ajang pencaraian bakat bermunculan. Jika dulu hanya Asia Bagus, di era 2000-an muncul AFI (Akademi Fantasi Indosiar), Indonesian Idol, KDI, Idola Cilik dan pencarian bakat lainnya. Puluhan remaja pun mendadak jadi artis.

Ajang pencarian bakat berlalu, kini kita dihadapkan pada acara magic. Segala jenis magic mulai dari hipnotis hingga ilusi tampil mengisi. Acara magic yang ditampilkan pun tak melulu serius namun juga dibuat segar dengan bumbu komedi.

Acara magic kini masih bertahan. Sinetron dan acara komedi juga tak terlewatkan. Namun dampaknya, ternyata cukup mengerikan. Masih ingat bagaimana seorang anak tewas akibat dipukul (dismack down) teman-temannya? Kisah itu bermula dari seringnya menonton acara smackdown yang dulu sempat booming!

Atau masih ingatkah, seorang anak gadis yang rela mangakhiri hidupnya gara-gara tidak diperkenankan menonton AFI oleh kakaknya? Serta cerita-cerita lainnya yang mungkin tak sempat tercium media.

Pagi ini saat saya sedang melakukan ritual welcoming. Seorang guru bercerita tentang anak kelas 4 yang membakar seprei.

“Iya, habis nonton Uya Kuya yang membakar seprei terus jadi bunga. Ia juga mencoba membakar seprei di rumahnya!’

“Terus…”

“Ya, bukan bunga yang terlihat tapi asap dan kebakaran. Tapi untung ketahuan. Jadi nggak sempat terjadi kebakaran.”

Aku tertawa namun berperasaan miris. Anak-anak adalah kertas putih yang kosong. Yang siap diwarnai dengan warna apa saja . Selain itu anak-anak adalah plagiator terbaik di seluruh dunia. Sehinggagampang sekali meniru apa yang dilihat dan didengar oleh mereka. Tanpa memikirkan logika dan nalar. Menyeramkan memang!

Barangkali bagi orang tua yang masih memiliki televisi di rumah sebaiknya menemani anak-anaknya untuk menonton acara televisi. Pun kartun sekalipun. Beri penjelasan ketika acara televisi menayangkan adegan yang tidak baik. Insya Allah dengan begitu anak-anak akan mengerti dan mulai menggunakan nalar dan logikanya. Serta mulai mengetahui mana perbuatan yang baik untuk ditiru dan perbuatan buruk yang sebaiknya tidak ditiru!

Kalau bukan kita yang peduli dengan generasi bangsa ini siapa lagi!

http://serujadiguru.blogdetik.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun