OLEH: SERRI HUTAHAEAN Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
FIK UNIVERSITAS INDONESIA
Indonesia adalah negara yang mempunyai banyak penduduk dengan tingkat penyebaran penyakit di berbagai daerah di Indonesia. Pemetaan penyebaran penyakit perlu dilakukan untuk mempermudah petugas kesehatan dalam melakukan pencegahan penyakit dan penyelesaian masalah kesehatan yaitu dengan penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis web. Peta pada sistem ini mampu memberikan informasi  seperti wilayah, angka dan titik kasus penyebaran penyakit. Sistem informasi geografis (SIG) merupakan sistem yang dapat mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, dan memvisualisasikan data yang dapat digunakan di berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan.Â
Menurut (Krisna,2014) mengatakan penggunaan sistem informasi Geografis (SIG) akan sangat menunjang proses pelayanan kesehatan kepada masyarakat, karena dapat digunakan untuk menentukan jenis pelayanan kesehatan yang seperti apa yang dubutuhkan oleh masyarakat, dapat mengidentifikasi aksesabilitas tempat-tempat pelayanan kesehatan masyarakat dan bahkan mengetahui kecenderungan penyakit yang terjadi dalam masyarakat tersebut.
Menurut WHO, SIG (Sistem Informasi Geografis) dapat digunakan untuk: menentukan distribusi geografis penyakit, analisis trend spasial dan temporal, pemetaan populasi berisiko, stratifikasi faktor risiko, penilaian distribusi sumberdaya, perencanaan dan penentuan intervensi, dan monitoring penyakit. Sedangkan menurut (Soontornpipit2016) menyebutkan manfaat Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam kesehatan masyarakat adalah menilai resiko dan ancaman kesehatan dalam masyarakat, mengetahui distribusi penyakit dan investigasi wabah, dapat digunakan untuk perencanaan dan implementasi program pelayanan kesehatan, serta sekaligus juga dapat dimanfaatkan untuk evaluasi dan pengawasan program.
Nigeria berada di peringkat keempat di antara negara-negara di dunia dengan beban tertinggi tuberkulosis (TB). Dalam penelitian (Oloyede, 2013) dikatakan untuk mempermudah menangani pengobatan dan pengendalian TB dibutuhkan sistem informasi geografis yang berguna dalam proses identifikasi wilayah di mana berlangsung transmisi tuberkulosis tersebut. Salah satu penelitian yang dilakukan di Indonesia adalah penelitian (Rostianingsih, 20014), di RSUD Dr. Soetomo yang merupakan salah satu rumah sakit terbesar di Jawa Timur. Dalam penelitiannya dikatakan sistem informasi geografis (SIG) dapat mengolah data base di Rumah sakit tersebut menjadi informasi yang bersifat analitik dan membantu pihak rumah sakit dalam pengambilan keputusan. Informasi yang dihasilkan berupa peta penyebaran penyakit (menggunakan metode Kriging), grafik tingkat ketahanan hidup pasien (menggunakan metode survival analysis), serta berbagai grafik yang berguna untuk melihat karakteristik data pasien, seperti grafik jumlah pasien dari waktu ke waktu, histogram distribusi usia pasien, dan lain-lain.
Metode sistem informasi geografis (SIG) terhadap pemetaan penyebaran penyakit salah satunya dengan menggunakan google maps API (application-programming-interface) berbasis web. API adalah fungsi fungsi pemrograman yang disediakan oleh aplikasi atau layanan agar layananan tersebut bisa di integrasikan dengan aplikasi yang kita buat. Google maps API adalah fungsi fungsi pemrograman yang disediakan oleh Google maps agar Google maps bisa di integrasikan kedalam Web atau aplikasi yang sedang buat dalam hal ini pemetaan penyebaran penyakit.
Metode ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Tahappertama dilakukan tahap analisa data penyakit, data wilayah dan data instandi kesehatan. Kemudian dimasukkan dalam sistem, selanjutnya melakukan analisa wilayah dan meminta data penyakit dari fasilitas kesehatan suatu daerah yang akan dilakukan pemetaan penyebaran penyakit. Tahap kedua melakukan perancangan basis data untuk merancang relasi-relasi table-tabel dalam basis data yang akan dipakai dalam pembuatan sistem informasi geografis. Dalam tahap ini sudah dilakukan pertimbangan terlebih dahulu terhadap penggunaaan tipe data dan ukuran masing-masing data sehingga ukuran file sistemnya dapat efisien.Â
Tahap ketiga adalah tahap perancangan antar muka yaitu merancang fungsi dan perintah yang akan di gunakan dalam sistem. Tahap keempat adalah  tahap perancangan interface yaitu untuk merancang halaman dengan mendesain fitur-fitur yang ada di sistem, misalnya merancang pewarnaan yang terdapat di halaman web. Tahap kelima yaitu tahap implementasi perancangan kedalam sistem perancangan sistem geografis. Tahap keenam adalah dilakukan test kelayakan, yang bertujuan untuk menguji sistem apakah sudah dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari sistem informasi geografis tersebut.
                                                         A                      B
Hasil tampilan Sistem Informasi Geografis Pemetaan Penyebaran Penyakit dengan menggunakan Google Map API Berbasis Web Menggunakan Data Spasial.
Pada peta A dan B, terdapat marker yang menunjukkan lokasi instansi kesehatan dalam sistem. Jika pada peta di klik marker akan menghasilkan munculnya info window berupa nama, alamat dan foto dari instansi kesehatan. Peta C menunjukkan menu bar yang berfungsi melakukan proses pencarian penyakit. Tersedia juga dalam peta adanya data filter yang berupa periode waktu yaitu tanggal mulai dan tanggal berakhir kasus, umur yang digunakan untuk mencari data sesuai umur pasien. Filter wilayah pada peta menggambarkan  provinsi,  kabupaten,  dan  kecamatan.  Filter  nama  penyakit  dibuat dengan sistem  check  box untuk  menampilkan  jenis  data  penyakit. Tampilan peta D disebut peta Circle ini digunakan untuk memberi informasi detail penyebaran penyakit dengan menggunakan koordinat tempat tinggal dari pasien. Peta ini juga dilengkapi dengan fitur pencarian area terluar dari kumpulan titik-titik kasus penyebaran per kecamatan.
Sistem informasi geografi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Meurut (Setiawan, 2015) kelebihan penggunaan sistem informasi geografi (SIG) adalah: 1. Dapat melakukan pengolan  data dengan format yang lebih baik, 2. Mengelola data dengan biaya murah dibandingkan dengan survei lapangan, 3. Data dapat diubah dan diambil dangan cepat karena tersimpan dalam file computer, 4. Data yang berbentuk spasial dan non spasial dapat dikelola secara bersama-sama, 5. Analisa dapat dilakukan secara efisien, 6. Data yang sulit diolah secara manual dapat diolah computer dan bisa ditampilkan secara tiga dimensi, 7. Data berbentuk gambar, peta atau bagan dapat diperoleh secara cepat dan tepat, 8. Mengolah dan menganalisa data, seperti mengubah, menambah atau menghapus tanpa mengganggu data lain yang telah disusun. Adapun kekurangan SIG adalah: 1. Tidak banyak diketahui oleh masyarakat awan, 2. Jika terjadi kerusakan pada software pengolah data dapat mengakibatkan hilangnya data yang belum sempat tersimpan, 3. Peralatan yang dibutuhkan relatif mahal, 4. Hampir semua data diolah dengan menggunakan computer.
Dengan demikian penggunaaan sistem informasi geografi (GIS) berbasis web sangat direkomendasikan penggunaannya dalam membantu peningkatan pelayanan kesehatan salah satunya dalam layanan keperawatan kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
ESRI. (2011). Early Detection and Response to Infectious Disease Table of Contents. New york street. Retrieved from www.esri.com
GIS Best Practices. (2011). Early Detection and Response to Infectious Disease. Nurwegia
Krisna, K. P. A., Piarsa, I. N., Buana, P. W. (2014). Sistem Informasi Geografis Pemetaan Penyebaran Penyakit Berbasis Web, 2(3), 271–279. Retrieved from http://ojs.unud.ac.id/index.php/merpati/article/view/17896
Kurniadi, A. (2011). Sistem Informasi Geografis Guna Pemetaan Data Kejadian Penyakit untuk Keperluan Surveilans dan Kewaspadaan Dini Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang. Jurnal Dian, 11(1), 10–25. Retrieved from http://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes/article/view/683
Milinovich, G. J., Williams, G. M., Clements, A. C. A., Hu, W., & Grove, K. (2014). Internet-based surveillance systems for monitoring emerging infectious diseases. The Lancet Infectious Diseases, 14(2), 160–168. http://doi.org/10.1016/S1473-3099(13)70244-5
Nygarird, K., Werner-Johansen, S. Ronsen, D. A. Caugant, S., A. Kanestrom, E. Ask, J. Ringstad, R. degard, T. Jensen, T. Krogh, E. A. H., & E. Ragnhildstveit, I. S. Aaberge, and P. A. (2010). An outbreak of legionnaires disease caused by long-distance spread from an industrial air scrubber in Sarpsborg, Norway. Retrieved from www.pubmed.gov
Oloyede - Kosoko, S. O and Akingbogun, A. A. (2013). Geospatial Information In Public Health : Using Geographical Information System to Model the Spread of Tuberculosis Geospatial Information In Public Health : Using Geographical Information System to Model the Spread of Tuberculosis, 6–10. Retrieved from http://www.fig.net/resources/proceedings/fig_proceedings/fig2013/papers/ts03d/TS03D_kosoko_6313.pdf
Ramadona, A.L. & Kusnanto, H. (2011). Open Source GIS : Aplikasi Quantum GIS Untuk Sistem Informasi Lingkungan. BPFE. Yogyakarta
Rostianingsih, S., Kusuma, Y. R., Halim. s., Yuliana, O. Y., Budhi, G. S. (2015). Pemetaan Penyebaran Penyakit dengan Metode Kriging, (1), 121–131. Retrieved from http://onesearch.id/Record/IOS3126-oai:generic.eprints.org:15106
Samadbeik, M., Gorzin, Z., Khoshkam, M., Roudbari, M. (2015). Managing the security of nursing data in the electronic health record.Acta Informatica Medica, 23(1), 39-43. doi:http://dx.doi.org/10.5455/aim.2015.23.39-43
Satiawan. A. (2015). Sistem Informasi Geografi (SIG).. Dikutip dari http://tanjungmaya.co.id/2015/01/sistem-informasi-geografi-sig.html
Soontornpipit, P., Viwatwongkasem, C., & Taratep, C. (2016). Development of the electronic surveillance monitoring system on web applications. Procedia - Procedia Computer Science, 86(March), 244–247. http://doi.org/10.1016/j.procs.2016.05.110
Supriyadi, D. (2012). Sistem informasi penyebaran penyakit demam berdarah menggunakan metode jaringan syaraf tiruan backpropagation. semarang. http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Widyawati1, Nitya1, I. F., Syaukat, S., Tambunan, R. P., Soesilo, T. E. B. (2011). Penggunaan Sistem Informasi Geografi Efektif Memprediksi Potensi Demam Berdarah di Kelurahan Endemik. Jurnal Makara Kesehatan, 15(1), 21–30. Retrieved from journal.ui.ac.id/index.php/health/article/download/794/756
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H