Mohon tunggu...
Serren gracianov
Serren gracianov Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - seorang pelajar yang senang menulis, bermimpi dan berbagi inspirasi

memiliki hobi dalam bidang traveling, literasi dan musik. Humble dan senang berbagi..

Selanjutnya

Tutup

Diary

Awal Kisahku di Kelas 1 SMP : Ceritaku 2024 Seperti di Film-Film

21 Januari 2025   19:32 Diperbarui: 21 Januari 2025   19:41 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2024 adalah salah satu tahun paling penting dalam hidupku. Masa-masa SMP dimulai dengan perasaan campur aduk---senang, gugup, dan penuh harapan. Sebagai anak baru di sekolah yang jauh lebih besar dari SD-ku dulu, semuanya terasa baru dan sedikit menakutkan.

Hari pertama masuk sekolah, aku memakai seragam putih biru yang masih sedikit kebesaran. Di depan cermin, aku sempat menarik napas panjang, berharap semua berjalan lancar. Aku berjalan melewati gerbang besar sambil mencoba terlihat tenang, meskipun hatiku dag-dig-dug. Di lapangan, siswa-siswa berkerumun, beberapa terlihat santai, tapi banyak juga yang sama gugupnya denganku.

Saat masuk kelas, aku memilih duduk di bangku depan. Aku pikir itu tempat yang aman untuk menghindari perhatian guru sekaligus memudahkan melihat papan tulis. Di sebelahku duduk seorang gadis bernama Nova. Dia langsung tersenyum dan mengulurkan tangan, "Hai, aku Nova. Kamu siapa?" Nova adalah tipe orang yang ceria dan gampang bikin suasana jadi seru. Dalam waktu singkat, kami langsung ngobrol soal apa saja---mulai dari kelas, guru, hingga makanan di kantin. Dia benar-benar membuat hari pertamaku terasa lebih ringan.

Namun, minggu-minggu pertama di SMP terasa berat. Pelajaran jauh lebih sulit dari yang aku bayangkan, dan guru-gurunya lebih tegas. Matematika adalah momok terbesar bagiku. Aku hampir menangis saat nggak bisa mengerjakan PR pertama yang penuh soal pecahan dan aljabar. Tapi di saat seperti itu, aku bertemu Raya, teman sekelasku yang duduk di pojok ruangan. Raya adalah tipe anak yang tenang dan pintar. Dia selalu membawa catatan rapi dengan gambar-gambar kecil di pinggirnya. Ketika aku kebingungan, dia dengan sabar menjelaskan soal-soal rumit dengan cara yang sederhana. Dari Raya, aku belajar bahwa kadang-kadang, meminta bantuan itu nggak berarti lemah.

Selain pelajaran, aku juga mencoba mencari tempatku di ekskul. Awalnya, aku bingung memilih antara ekskul paskibra dan English Club. Setelah banyak pertimbangan, aku akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan English Club. Jujur, aku sempat ragu karena merasa nggak punya bakat di bidang bahasa. Tapi ternyata, ekskul ini menjadi salah satu hal yang paling aku tunggu-tunggu setiap minggunya. Teman-teman di ekskul sangat mendukung, bahkan ketika aku sering salah dalam menjawab pertanyaan. Ada satu momen lucu ketika aku salah mengucapkan kata comfortable menjadi kombutabel, dan semua orang tertawa, tapi bukan untuk mengejek---melainkan untuk membuatku lebih santai. Bersama mereka, aku belajar untuk menikmati proses belajar dan tidak terlalu keras pada diri sendiri.

Namun, hidup di SMP tentu nggak selalu mulus. Aku sempat bertengkar dengan Satria, salah satu teman sekelasku. Dia merasa aku terlalu bergantung pada Raya dalam tugas kelompok, sementara aku merasa dia terlalu banyak mengatur. Suatu hari, dia bilang, "Kamu nggak bisa terus-menerus mengandalkan orang lain. Kamu harus belajar sendiri!" Ucapannya menusuk, tapi aku tahu dia benar. Kami sempat nggak bicara selama beberapa hari, tapi akhirnya aku memberanikan diri untuk meminta maaf. Aku juga berjanji untuk lebih mandiri, dan sejak itu, pertemanan kami malah jadi lebih kuat.

Momen paling nggak terlupakan di tahun itu adalah saat sekolah mengadakan perlombaan classmeet. Aku memberanikan diri mengikuti lomba storytelling meskipun awalnya aku merasa takut. Tepat sebelum giliranku tampil, aku berdiri di belakang panggung dengan tangan dingin dan keringat di dahi. Tapi kemudian, aku menarik napas panjang dan mengingat latihan-latihanku bersama Nova, Raya, Satria dan teman-teman English Club. Ketika aku mulai bercerita, rasa gugupku perlahan menghilang. Aku melihat beberapa teman tersenyum mendukung di bangku penonton, termasuk Nova dan Raya. Setelah selesai, aku mendapat tepuk tangan meriah, dan itu menjadi salah satu momen terbaik dalam hidupku.

Tahun 2024 ditutup dengan indah. Aku merasa lebih nyaman di SMP, punya sahabat-sahabat yang mendukung, dan mulai menemukan hal-hal yang aku sukai. Dari Nova, aku belajar untuk percaya diri; dari Raya, aku belajar bahwa kesabaran itu penting; dan dari Satria, aku belajar untuk menjadi lebih mandiri. Tahun itu mengajarkanku bahwa setiap tantangan selalu membawa pelajaran berharga, dan setiap kesalahan adalah bagian dari proses menjadi lebih baik.

Mungkin bagi orang lain, cerita ini terdengar biasa saja. Tapi bagiku, tahun itu adalah langkah awal menuju masa depan. Di situlah aku mulai belajar tentang keberanian, persahabatan, dan menjadi diriku sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun