Bumi ini telah sakit jiwanya
Penuh sindir berlumuran sirik
Seperti petir yang cemburu jatuhnya gerimis
Lalu wajahnya serupa iblis sedang mendesih
Bumi ini menjadi sakit jiwanya
Wajahnya turangga, pucat berkuning – kuningan
Serupa emas yang mentah tersepuh kaum pujangga
Yang berhati bijak namun rohnya :berabu – abuan
Terkadang angin merasa malu lalu mengintip
Dari balik ranting yang matanya memicing
Menunggu panggilan badai untuk bersekutu
Bersama para bandang berbaris di hutan gundul
Lalu debu debuan bumi yang bertirakat
Mengepal selaksa amin berujar
“ini bukan hukuman tapi satu isyarat!”
Sang turangga menjadi kemuning tanpa bersyarat:
@rskp,07042017,,,,,,,,,, Sby
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H