Bagai gugur sehelai daun teruntai melayang
Terpeluk tanah basah , melinangkan gerimis malang
Meruah di tembok dan tebing yang bengis durhaka
Engkau luruh nak,,,ke pangkuan bumi Khalam
Intan manikam putri permata , buah cinta ayah bundamu
Seceruk hati tak mungkin kau membayang, engkau masih papah
Di punggung bundamu dengan lentik jemari mungilmu
Gelitik binar tawamu mencekau kedamaian di dada ayahandamu
Belum waktunya untukmu nak,, mengenal wajah- wajah tirus
Seraut wajah iblis yang setiap saat menggoreng segala umat
Mengtuhankan dirinya seperti suci dalam selumbar dosa
Pergilah Intan,,,engkau milikNya, jangan berbalik menatap angkara
Pernik intan manikam putri permata, dari selaksa cahayamu
Akan membias disetiap renung kala kita menenun segala puja
Biarkan intan – intan itu memancarkan terang, jangan ada lagi tangisan
Hatimu , hati kita berisi bejana kasih
Cerupkan jiwa dengan butiran embun pengasih
“Duuuhhh... intan,,katupkan telingamu , jangan kau dengar!
“Selubung bibir mungilmu ,,jangan cekikik”
Duduklah manis di pangkuan Bapa Sorgawi
Serpihankelana15112015,,, saungsastradewata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H