Jalanan telah sepah , disepak kaum pejalan
Memulung bias purnama yang pergi sewaktu gerhana
Orang – orang berujar serupa memakan manusia
Saling hujat dan menebas, seperti  wajah  gorila
Orang pun gila atas sajaknya yang lindang hanya lidah yang terselip
Di ranting hujan yang kala tempias ikut jua memangsa
Sahut – sahutan menyahut segerombolan penyahut
Membenarkan taringnya  yang sering melolong
Lalu kapan mulutmu diam, serupa kalong?
Seketika waktu tak pernah usai dengan sajak yang basi
Sementara kita yang selalu duduk di tungku
Menjadi panas dan membara, lalu ikut menjadi gila!
Aku  hanya seorang pejalan kaki, tak akan mampir menjadi gila!
:Orang gila mencakar sajaknya yang lindang bersama lolongannya
Hela- hela napas dikejar bayangan hilang logikannya?
Serpihankelana14112016,,,,,,,,, Â Â Â Â (saung sastradewata)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H