Mereka sudah usai berkerumun
Seharian menggegap gempita laksana gemuruh gurun
Langit – langit tuhan seakan mau runtuh terhambur
Gedung – gedung menjulang remuk penuh genangan liur
Tersisa bangkai suaranya parau kedut menggerus
Lidah api menjalar, membakar membungkam logika
Bidak – bidak hanya sejengkal, sepikir selangkah
Terbelenggu pongah, picik ataukah idiot yang gagal
Membuat tanah yang damai ini serupa dajal
Angkara kau anggap“bisa”, menyulut merupa perlombaan
Pucuk nurani kita mendedah
:Siapa kamu didalam benak!
Jika jerit dan tangisan adalah simbol keagungan
Selebihnya engkau berkaca atas nama junjungan
Tetapi jangan menghirukpikuk setiap amukan samudra
Dan meriuh renta kesumat dendam badai jeladarah
Buka dulu topengmu, “wahai,,, wajah – wajah!”
@rskp, 09112016... jkt