Airmata telah gerimis
Di bibir bibir perempuan tepian vas bunga
Yang engkau taburi waktu pagi dengan benih benih cintamu
Tetapi  senja merubah menjadi  sepi, kala esok di ufuk timur
Air matanya tertumpah lalu mengalir penuhi wajahmu seperti bah
Menggulung ketiak bantaran tanpa peduli  taman kota menjadi  nestapa
Diamuk sengat sungai berbecek, sekumpulan tangan tangan yang tiada peduli
Sejatinya  mengumpulkan sisa  sisa nasi yang telah basi kemarin
Airmatamu; Â melebihi elegi sang puisi
Dibibir bibir perempuan tepian vas bunga
Aku melihat sekuntum melati senyum dikulum  layu
Berharap engkau menatap layung senja kala mentari punah
Elegi ini tak semestinya di sini
Jika esok  kita resapi
@rskp,26102016,, Â Â Â Â Â Â Â Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H