Di bangku tua ini, sesaat menikung lembaran hari
Yang tergores wajahmu kala engkau merupa dewa
Hingga saatnya engkau duduk di pucukpucuk tunas negeri
Yang telah lebam dikoyak oleh kalungkalung tuntutan
Tetapi engkau masih setia ditengah ketidaksetiaan angin
Yang meniup sepoisepoi negeri, Â konon dirundung musim bertaring
Melumat  alunan seruling sang biduan malam yang  nyaring
Seharusnya tirakatlah dalam sepi di goa yang tak berpenghuni
Wajah tuan tak pernah renta, di ujung  kanvas  sejarah
Lalu tuan beringinan  negeri ini berdarah serumpun sanak sedarah
Petirahan tuan penuh dengan luka kelam, tentu tuan bukan penyamun
Yang menggerontokan lidahlidah yang berapi sedari tempo dahulu
Bicaralah tentang dukamu tuan: bukan dengan sesukamu
Agar kalungkalung tuntutan itu menjadi batu permata mulia
Indah menawan sesuai wajah tuan yang damai renta, ataukah
Menjadi pribadi di atas pribumi dengan mencaruk  nama tuhan:?
@rskp. 22102016,,, Â Â Â Â Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H