Aku yang duduk terpatung  pada ruas senja
sambil memintal  awan yang mengkisut dalam sekam
jiwaku terpendam dalam malam yang kelam
susur  sepanjang  hati yang kian bindam
mengapa; angin itu kian mendesir  pada ruang – ruang sepi
semilirnya mendesih hampir berbisik pada ranting yang letih
aku hanya mendengar lewat desik daun dilubuk hati  berderit
serupa malam  tentang  selarik elegi cinta yang kecut  mengeriap
Ah, mungkin sebuah ilusi yang datang menjenguk rindu
lantaran kemarin ada semusim angin yang gemuruh di dada
gugur dalam jejak temaram, bisiknya merayu,  mendayu – dayu
lalu lesap entah, melisut pada seraut wajah malam
malam ini kucoba raih dalam cahaya melindang
walau seamuk kucur keringat meriuh air sendang
dan selaksa palang randu merindu rindang serandang
ke lubuk hatimu aku seiya sepakat bertandang
@rskp, 01062016,,,, Â Jkt
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H