Mohon tunggu...
Riecki Serpihan Kelana Pianaung
Riecki Serpihan Kelana Pianaung Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

"Hidup hanya berkelana dari sebuah serpihan untuk "menuju" mati" ____________________________________ @rskp http://www.jendelasastra.com/user/riecki-serpihan-kelana-pianaung https://domainxx.blogspot.co.id/ https://www.youtube.com/watch?v=M11_fpnT5_g&list=PL1k1ft1F9CCobi2FMkdqQ6H4PFFWPT--o&index=2 https://www.evernote.com/Home.action#n=c9ce48a1-38c2-4b2b-b731-c340d3352d42&ses=4&sh=2&sds=5&

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Seruling Sang Kedasih

25 Mei 2016   20:30 Diperbarui: 25 Mei 2016   21:08 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Seruling Sang Kedasih

Alkisah disebuah hutan Cemara disudut senja. Semua penghuninya sedang mengaso. Melepaskan lelah setelah seharian mereka bekerja mencakar makan, mengisi lumbung – lumbung. Karena musim kemarau panjang mulai bersiutan lewat hembusan angin yang berlalu dari barisan pepohonan sebelah Tenggara.  Pertanda musim paceklik ini telah tiba.

Dalam beberapa pekan itu, seluruh penghuni hutan cemara itu sibuk untuk mengumpulkan bekal masing – masing. Jika tidak demikian, maka  mereka akan bereksodus menuju rimba belantara lain, untuk membuka lahan yang baru. Ditempat yang baru nanti, belum tentu mereka akan merasa ada kedamaian. Sebab lahan – lahan disetiap jenggala, sudah ada penguasa lain. Maka akan ada perebutan wilayah kekuasaan. Dan perang ini tidak bisa dielak.  

Perang? Setiap mahluk yang bergerak di dunia ini telah dikodratkan untuk berperang. Bagi manusia yang selalu berpikiran perang adalah jalan keluar, karena  hati mereka  yang tak berketulusan.

*********

Tak terkecuali keluarga kecil sang Kedasih. Yang mendambakan kedamaian dan kenyamanan. Kedasih sekeluarga telah lama mendiami hutan cemara itu. Mereka tak ingin berpindah tempat lain lagi. Oleh karena itu hutan cemara itu mereka rawat dengan sebaik mungkin.

Setiap sore menjelang petang, Kedasih bersama anaknya Nila selalu bernyanyi – nyanyi riang. Para tetangga Kedasih seperti Jalak, Kutilang, Enggang , Murai ikut juga bernyanyi. Hutan Cemara itu bagai tempat para biduan. Setiap senja  kicauan burung – burung saling bersahutan, Sungguh indah sekali.

Melihat betapa indahnya hutan cemara itu bila dihiasi dengan kicauan burung – burung. Sang Ratu Gagak, sebagai pucuk pimpinan mereka, segera mengadakan lomba berkicau dan bernyanyi. Dikumpulkannya para hulubalang untuk segera membuat pengumuman perlombaan itu.

“Kepada seluruh penghuni Kerajaan Cemara. Pengumuman ini, berasal dari Permaisuri Ratu Gagak. Bahwa besok senja Sang Ratu Gagak akan mengadakan perlombaan berkicau dan bernyanyi.  Oleh karena itu seluruh penghuni sebagai warag Kerajaan Cemara dimohon untuk hadir di Alun- Alun Timur. Demikian pengumuman ini!” Hulubalang Ratu Gagak memberi pengumuman.

“Mama,,ada lomba berkicau dan bernyanyi !

“Iya Nila,,Nanti besok kita berdua ke alun – alun Timur.!”

“Mama mau ikut lomba?”

“Iya,,mama harus ikut. Mama punya lagu khusus buat Ratu Gagak!”

“Benarkah?!”

*********

Keesokan harinya di alun – alun Timur. Semua sudah terkumpul. Para peserta lomba telah siap. Masing – masing bertengger sesuai nomor urutnya. Sang Muray, Kutilang, Nuri, jalak, Enggang, Perkutut, Merpati, Pleci, Finch, Ciung, Manyar, Camar, Hantu dan masih banyak lagi. Kedasih mendapatkan nomor paling terakhir.

“Seluruh penghuni Kerajaan Cemara, masa kemarau sudah tiba. Kita telah mengumpulkan persediaan makanan kita. Oleh karena itu, dalam masa – masa sulit ini tak banyak yang kita lakukan selain berdiam diri dalam tempat pernaungan kita. Untuk itu kita harus melestarikan hutan Cemara ini sebagai Kerajaan Hijau.Bila pohon – pohon Cemara ini mendengar akan ketulusan kita, maka Kerajaan Cemara ini akan semakin Hijau!” Suara sang Ratu Gagak dengan agak serak

Gemuruh riuh tepukan tangan dan suitan dari seluruh peserta lomba dan para penonton.

“Hidup Ratu Gagak,,,..Hidup Cemara Hijau!” Teriakan bersahut- sahutan menggema di hutan Cemara itu.

“Dipersilakan masing – masing peserta untuk tampil membawakan kicauan dan nyanyian sesuai nomor urutnya, dan saya sendiri yang akan menilai siapa pemenang lomba ini!”  Lanjut sang Ratu Gagak lalu terbang menuju kursi singgasananya.

Kutilang telah tampil sebagai nomor peserta pertama. Terus Murai. Jalak, Enggang, Merpati.

Satu persatu telah tampil memukau. Sungguh,  peserta lomba semuanya sangat indah sekali. Tidak ada yang tidak indah. Kicau dan nyanyiannya sangat merdu. Semerdu – merdunya. Tepukan tangan dan siuitan mencericip di Hutan Cemara itu.

Tiba saatnya Kedasih. “Mama, ayo maa,,Lagu dan kicau yang bagus ya,!” Nila putrinya memberi semangat. Kedasih hanya mengerdipkan matanya.

Dengan sedikit menarik nafas panjang, lalu terdengar suara bersiul yang sangat nyaring semerdu seruling. Nadanya melengking memecah buana. Perlahan dengan intonasi dan ritme yang apik. Sungguh menakjubkan. Kedasih sedikit menunduk lalu nyanyiannya terdengar dan paling merdu sekali. Tak bisa dilukiskan dengan kata – kata;

Tepukan tangan yang paling meriah Menyambut Kedasih. 

Lagu dari  Adele; “Someone Like You".

I heard

That you’re settled down

That you Found a girl

And you’re Married now

I heard

That your dreams came true.

Guess she gave you things

I didn’t give to you

-------------------------

Never mind

I’ll find someone like you

I wish nothing but the best for you too

“Don’t forget me,” I begged

“I’ll remember,” you said

Sometimes it lasts in love

But sometimes it hurts instead

**********

@rskp, 25052016..      
Jakarta

Sumber Gambar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun